Mohon tunggu...
Insanul Abiyyu
Insanul Abiyyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Teknik Industri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 Gunung Salak" dalam Perspektif Etika Engineering

25 Mei 2023   17:55 Diperbarui: 25 Mei 2023   17:59 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 9 Mei 2012, sebuah pesawat penumpang regional Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia jatuh secara tragis di Gunung Salak di Indonesia. Peristiwa tersebut mengejutkan publik dan berdampak besar pada industri penerbangan. Mari kita simak kronologi peristiwa tersebut.

Penerbangan tragis ini bermula saat SJ182 lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta pada pukul 14.00 WIB. Pesawat tersebut melakukan penerbangan demonstrasi dengan 45 penumpang, termasuk pejabat pemerintah, eksekutif maskapai, dan media. Setelah lepas landas, pesawat beberapa kali terbang di atas kota Jakarta. Namun, pesawat kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara dalam beberapa menit dan menghilang dari radar. Saat itu pesawat diperkirakan berada di kawasan Gunung Salak.

Otoritas penerbangan dan tim penyelamat segera memulai operasi pencarian dan penyelamatan. Tim SAR Indonesia bergabung dalam pencarian dengan dukungan dari negara lain. Namun, kondisi cuaca yang buruk dan medan yang sulit di sekitar Gunung Salak membuat pencarian menjadi semakin sulit.

Di hari yang sama, muncul kabar mengejutkan bahwa sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 ditemukan jatuh di kawasan pegunungan Salak. Seluruh penumpang dan awak pesawat dinyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan itu. Ini merupakan pukulan telak bagi keluarga korban, maskapai dan negara Indonesia.

Penyelidikan kemudian dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut. Tim peneliti yang terdiri dari pakar penerbangan dari Indonesia, Rusia, dan negara lain bekerja sama untuk mengumpulkan bukti dan menganalisis data penerbangan. Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa pesawat dengan cepat kehilangan ketinggian dan kemungkinan menabrak pegunungan.

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa pesawat memiliki masalah dengan sistem kontrol penerbangan dan prosedur evakuasi darurat yang kurang baik. Banyak faktor yang juga berperan, seperti faktor manusia dan cuaca buruk. Hasil investigasi akhir menunjukkan bahwa kecelakaan ini merupakan hasil kombinasi dari beberapa faktor yang saling terkait. Jatuhnya Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak merupakan tragedi yang memilukan dan menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan industri penerbangan. Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pentingnya keselamatan dalam rancang bangun, konstruksi, dan pengoperasian pesawat terbang. Hal ini mendorong industri penerbangan untuk terus meningkatkan prosedur keselamatan dan memastikan kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Jatuhnya Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak tahun 2012 merupakan tragedi penerbangan yang menggemparkan Indonesia dan komunitas penerbangan internasional. Dari sudut pandang etika-rekayasa, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab dan praktik keteknikan para insinyur dalam pengembangan dan penggunaan pesawat terbang. Dalam esai ini, kita akan membahas kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak dari sudut pandang engineering-ethical dan menganalisis beberapa aspek terkait.

Etika desain melibatkan penerapan prinsip-prinsip moral dalam praktik rekayasa. Insinyur memiliki tanggung jawab etis untuk memastikan bahwa pesawat dirancang, dibangun, dan dioperasikan sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku. Mengenai kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, muncul pertanyaan apakah para insinyur melaksanakan tanggung jawab etis mereka dengan benar.

Salah satu aspek yang harus dievaluasi adalah proses desain dan uji terbang. Insinyur bertanggung jawab untuk melakukan analisis risiko yang komprehensif dan memastikan bahwa pesawat telah menjalani tes yang memadai sebelum ditempatkan. Dalam hal ini, apakah proses desain dan pengujian Sukhoi Superjet 100 telah dilakukan dengan baik? Apakah analisis risiko mengidentifikasi potensi kegagalan yang signifikan? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk menilai apakah ada kesalahan etika dalam proses desain yang menyebabkan kecelakaan tersebut.

Insinyur juga bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengoperasian mesin. Insinyur harus memastikan bahwa pesawat secara rutin dirawat dengan standar yang ditetapkan dan bahwa prosedur operasional diikuti dengan ketat. Dalam hal ini, apakah teknisi dan operator pesawat mengikuti standar pemeliharaan dan operasional yang ditetapkan? Apakah merupakan kesalahan etis untuk menjaga keamanan dan pengoperasian pesawat ini? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab untuk menilai tanggung jawab etis para insinyur yang terlibat dalam kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak.

Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah pelatihan dan kesadaran keselamatan. Insinyur dan orang-orang terkait memiliki kewajiban untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya dengan aman. Apakah personel yang terlibat dalam penggunaan dan pemeliharaan pesawat cukup terlatih? Apakah pekerjaan Anda terhambat oleh kurangnya kesadaran keamanan? Tugas etis seorang insinyur termasuk meningkatkan kesadaran keselamatan dan melatih personel secara memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun