19.
MTsN Dlingo
20.
MTs Ma’arif Dlingo
Imogiri
21.
MTsN Giriloyo
Kegiatan lesson study pada home base ganjil biasanya tidak dilaksanakan secara bersamaan dengan home base genap tiap bulannya. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar setiap minggu dapat dijumpai lesson study di Kabupaten Bantul dengan harapan Bantul betul-betul dapat dijadikan sebagai “piloting lesson study”
Dua tahun setelah lesson study berjalan di Kabupaten Bantul, beberapa SMP merasakan betul pentingnya lesson study, hal ini diwujudkan dengan ditetapkannya sekolah mereka sebagai sekolah yang berbasis LSBS (Lesson Study Berbasis Sekolah). Dengan hadirnya LSBS maka semakin banyak referensi untuk mempelajari lesson study dan partisipasi sekolah yang menyelenggarakan LSBS dapat memperkuat pelaksanaan lesson study di homebase yang bersangkutan. Sejalan dengan semangat teman-teman di SMP, madrasah juga menyadari akan perlunya lesson study untuk menuju pada pembelajaran yang lebih baik.
MTsN Bantul Kota merupakan salah satu madrasah yang pertama kali menetapkan dirinya sebagai madrasah tsanawiyah yang berbasis LSBM (Lesson Study Berbasis Madrasah). Semangat menerapkan LSBM pada madrasah menginspirasi beberapa madrasah yang lain untuk melaksanakan LSBM juga, apalagi didukung dengan pemberian dana bantuan lesson study dari kementerian agama pusat.
Pelaksanaan LSBM di madrasah diawali dengan mengadakan workshop lesson study. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang lengkap dan benar mengenai apa dan bagaimana lesson study. Selama semester genap tahun pelajaran 2010/2011 sebagian besar MTs negeri melaksanakan open class rata-rata 12 kali, bahkan ada yang dikunjungi tim JICA Expert dan digunakan sebagai tempat pelatihan. Sedangkan untuk MTs swasta belum bisa melaksanakan lesson study secara optimal, sebagian besar hanya 4 kali. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah guru yang tersedia.
Pelaksanaan lesson study pada LSBM tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan lesson study di tiap home base. Ada tiga kegiatan inti yang tetap dilaksanakan yaitu Plan, Do, dan See. Hanya saja pada LSBM, guru yang terlibat pada 3 kegiatan inti tersebut tidak hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja.Mengingat madrasah merupakan smp yang berciri khas islam, maka mata pelajaran agama islam (Akidah Akhlak, Al-qur’an Hadist, Fiqih, SKI, Bahasa Arab) mendapatkan porsi yang lebih banyak di bandingkan mata pelajaran umum.
Selama pelaksanaan lesson study di madrasah tidak sedikit masalah yang dihadapi, antara lain:
1.Tidak semua siswa merasa nyaman dengan kehadiran para observer di ruang kelas. Hal ini mengakibatkan proses KBM agak sedikit kaku.
2.Tingkat partisipasi peserta masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan tidak sedikitnya guru yang berhalangan hadir saat kegiatan open class. Terlebih untuk mts swasta yang sebagian besar juga menjadi pengajar di tempat lain atau pekerjaan lainnya.
3.Kesadaran dan kemauan guru untuk menjadi guru model masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan kehadiran para observer di kelas itu. Diakui oleh para guru model yang pernah tampil, mereka merasa grogi, kaku, dan nerves karena disaksikan tidak seperti biasanya, apalagi jika observernya dari selain rekan guru di tempatnya mengajar, misal : pengawas, kepala madrasah, dosen pendamping, dan JICA Expert.
4.Pembelajaran yang disajikan oleh guru model saat open class biasanya tidak terlihat alami, misalnya penggunaan LCD pada saat open class, padahal pada saat pembelajaran biasa tidak menggunakan alat itu. Dengan bahasa kelakar “biasanya makan ketela, tiba-tiba makan pizza”. ini disebabkan adanya keinginan dari guru model untuk memberikan yang terbaik pada para observer. Sayangnya hal ini menyebabkan pengamatan para observer tidak alami.
5.Observer belum mampu untuk memberikan pengamatan secara menyeluruh pada kegiatan siswa, masih terbatas pada satu kelompok saja yang diamati. Hal ini mungkin disebabkan kemampuan para observer untuk mengobservasi masih minim.
6.Komentar para observer ketika pada saat See belum mengena pada permasalahan sebenarnya yang diharapkan oleh lesson study itu sendiri. Kemampuan merefleksi guru masih sebatas mengungkapkan fakta, belum bisa mengungkapkan opini mereka tentang fakta tersebut terjadi pada siswa yang diamati.
7.Teknik refleksi hanya berurutan dari satu observer ke observer lain, belum menjadi model lempar bola yang mengasyikan. Refleksi masih menjadi ajang bagi para observer untuk menyampaikan semua temuan yang di peroleh, belum terlihat adanya hubungan di antara masalah yang disampaikan.
8.Tidak sedikit kepala madrasah yang belum bisa memberikan dukungan secara penuh pada kegiatan lesson study. Hal ini disebabkan mungkin karena kesibukan yang dimiliki cukup banyak, sehingga tidak bisa mendampingin kegiatan dari awal hingga akhir.
Sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan yang dipaparkan di atas adalah sebagai berikut :
1.Untuk membuat siswa merasa nyaman dengan kehadiran para observer dapat diatasi dengan pemberian motivasi pada siswa oleh guru model sebelum pelaksanaan open lesson. Solusi lain yang bisa dilakukan adalah dengan sering dilakukan lesson study di kelas tersebut.
2.Untuk meningkatkan partisipasi peserta dapat dilakukan dengan penataan kembali jam mengajardan pengawasan kepala madrasah pada peserta yang kehadirannya sedikit.
3.Perlu diberikan motivasi dan informasi yang benar pada guru model akan tujuan dari lesson study itu sendiri, perlu ditekankan bahwa yang diamati adalah kegiatan siswa, bukan guru model. Bahkan untuk mengurangi rasa tidak percaya diri, guru tersebut sebaiknya sering dijadikan sebagai guru model.
4.Untuk menjaga agar kegiatan pembelajaran tidak di “make over” / dibuat-buat perlu diberikan kesadaran pada guru model akan pentingnya menampilkan pembelajaran yang sebenarnya agar pengamatan yang muncul betul-betul mengambarkan permasalahan yang sebenarnya.
5.Perlu disampaikan informasi yang benar akan kewajiban yang harus dilakukan oleh observer, di samping itu perlu dilakukan open class lebih banyak lagi sehingga observer terlatih.
6.Perlu mendatangkan fasilitator MGMP atau narasumber untuk ikut dalam kegiatan open class, sehigga dapat dijadikan sebagai contoh yang tepat saat melakukan refleksi nantinya.
7.Diperlukan peran fasilitator yang baik dan mampu mengarahkan “bola” yang dilembar oleh salah satu observer agar terjadi diskusi yang menarik.
8.Diperlukan monitoring oleh pengawas dan instansi terkait di atasnya.
Tidak berlebihan kiranya jika dalam tulisan ini disampaikan hasil-hasil yang sudah diperoleh dalam lesson study, mengingat akibat yang ditimbulkan oleh pelaksaan lesson study tidak dapat diamati dalam waktu yang pendek. Dampak ini lebih mengarah pada proses belajar mengajar, baik pada siswa maupun guru.
Berikut hasil-hasil yang dapat disampaikan :
1.Bagi siswa :
a.Siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan bertanya.
b.Keterampilan berdiskusi dan kerjasama dalam kelompok meningkat.
c.Kreativitas tumbuh, berani presentasi.
2.Bagi guru :
a.Lebih terbuka untuk menerima saran dan pendapat teman sejawat.
b.Kemampuan guru dalam mengelola kelas lebih baik.
c.Kemampuan guru dalam menyusun RPP dan LKS meningkat.
d.Mampu berinovasi dan kreatif.
e.Kompetensi terhadap materi meningkat.
3.Bagi kepala madrasah :
a.Lebih mengenal karakter dan kompetensi profesional guru.
b.Terbantu dalam supervisi kelas.
c.Lebih dekat dengan guru.
=================================================================
Kukuh Santoso_angkatan 2_nomor 86
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H