Mohon tunggu...
Insani Sabdo
Insani Sabdo Mohon Tunggu... -

satu tambah satu tidak harus dua

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Meneguk Inspirasi

1 Oktober 2011   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Klinting.,. Klinting,.,

Suara sendok bersenggama dengan cangkir terdengar sangat jelas di sudut kantin. Gesekannya semakin keras dan cepat, mengundang puluhan pasang mata lajang menyorotinya.

Entah apa yang ada didalam pikiran wanita berkaos merah. Apakah dia mengaduk supaya gula dan kopinya mencampur, aku pikir tidak, tetapi entahlah,

Sabtu 10 Mei, hari dan tanggal yang tidak mungkin dapat ia leburkan dari otaknya. Sebuah sepatu ber “HAK” tunggi baru saja dia daratkan tepatdikepala lelaki itu. Tentu saja bukan tanpa alasan. Pejantannya lebih memilih wanita yang lebih kaya dan terhormat yang tentunya semua itu tidak dia punyai. Begitulah intinya. Dia tidak ingin mengingat dan berpikir lebih dalam agar tidak terjatuh semakin parah seluruh bagian tubuhnya, luar dan dalam tentunya. Suara jangkrik dan aliran sungai menjadi saksi bisu kejadian itu. Lelaki tegap yang dia pikir bisa menjadi pendamping hidupnya kelak hanyalah mimpi.

Mimpi yang sekian lama ia damba dambakan kini tinggal menunggu para ulat untuk menggerogotinya.

Aku tau sekarang mengapa dia terus mengaduk kopi panasnya. Mungkin dia ingin menyampurkan beberapan eleman yang bertolak belakang yang ada dalam tubuh kopi dan gula. Sehingga dia ingin mencampurkan elemen berbeda dari rasa sakit dan ingin bangkit, Tapi apa itu mungkin ? “SUSAH”, kata yang lebih baik untuk mengunggkapkan itu semua.

Dia tempelkannya bibir cangkir ke ujung mulutnya, ia seruput kopi itu secara lembut seperti dulu menyeruput bibir pejantannya. Dengan perlahan dia mulai meresapi rasa kopi yang dicampur gula yang menjadi sebuah tekstur yang indah.

Hhmm, enak juga rasanya,,.

Sejenak dia berpikir, kopi yang dasar notabenenya bertolak belakang dengan gula jika dicampur akan menjadi sebuah ramuan yang super fantastis, Mengapa apa yang aku alami tidak bisa? Dia mulai mengklarifikasikan kesedihan, kekecewaan, kegundahansecara sistematis. Sumua kegelisahan itu dia “MIX” dengan sedikit semangat yang dia punya ditambah secendok optimistis, dan hasilnya “Wow”, sebuah semangat baru buat hidup yang baru dan masa depan baru.

Goodbye kelamku, juga pejantan brengseku yang aku sayangi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun