Mohon tunggu...
Insani Sabdo
Insani Sabdo Mohon Tunggu... -

satu tambah satu tidak harus dua

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fifi

30 September 2011   13:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matanya berseri, kulit putih, bibir tipis,lesung pipi yang indah yang sejak lahir telah menempel bahkan mengerak di wajah cantiknya. Tetapi semua anugrah sang pencipta yg ada dalam parasnya hanya orang lain yang bsa melihat kerak yang indah itu, bukan dalamnya,. Tetapi Bagaimana dengan perasaannya yang terbalut emas 100 karat tersebut ?? Sakit, sedih, delima, semua sifat kehancuran yang siap menenggelamkannya ke dalam lubang yang telah diciptakannya dan tetntunya oleh lelaki tampan yang sekarang menyadang status mantan buat dirinya. Fifi yang mearasakan.

Masih sangat jelas di matanya dan tersimpan di otak fifi. ia melihat sepasang badan bercumbu liar dikamar 208 bersuarakan uh oh uh oh yang saling bersautan . Kata sayang, cinta yang dulu keluar dr mulut busuk bekas lelakinya, sudah tak ada bedanya dengan bajingan, brengsek, jinguk

Dalam pikirannya , sebuah matahari dimalam hari, dan bulan di siang hari, sungguh kondisi yang tentu tidak bisa dipercayainya. Sebuah air kekecewaan terus mengalir deras dari mata turun ke pipi fifi. Tak ada satupun orang yang mampu membasuh air matanya.

Satu, dua, tiga, bahkan lebih berbagai jenis manusia silih berganti mencoba membasuhnya, tetapi tak satupun yg bisa. Mungkin kesedihan fifi telah tercampur semen dan dibantu lelaki yang dia lihat sedang bersenggama di 208 mengecor persaan fifi, Mungkin Hanya sentuhan spesies sekelas atlantis kuno ygmampu meluluhkan bongkahan kesedihan fifi, atau mungkin fifi sendirilah yg mampu mengancurkan perasaan itu sediri, atau fifi sendiri yang terdoktrin perasaan itu atau mungkin entahlah,,,

Hari – harinya berjalan datar. Pagi, siang, malam, semuanya sama. Setiap keputusan pasti ada resiko yang membuntutinya. Begitupula fifi. Dia telah mengambil sebuah keputusan yang dia pikir bisa melalui resikonya. Sekali lagi TETAPI, resiko itu terlalu besar yang perlahan lahan menggerogoti semangat hidup nya. Detik,menit, jam, minggu, bulan berguguran silih berganti. Namun fifi tetap saja fifi yang hatinya bertambah hancur. Di suatu senja dia datang menghampiri mantan lelakinya dan mengajak pergi ke sebuah bukit, Mereka berdua masih bengong sambil mendamu jagung bakar yang masih panas. Bingung , kata yang ada dipikiran lelaki iti, kenapa dia dulu marah tiba tiba sekarang dia mengajaku ke sini, yang dimana ini adalah tempat faforitnya.

Dia titipkan dompet ke lelaki itu dan pamit ke kamar mandi, langkahnya tegas menuju sisi bikit, matanya memandang disetiap mili sudut pmandangan bukit yang terhampar indah. Dia melangkahkan satu kaki yang menghantarkannya ke alam perdamaian.

Didalam dompet itu terdapat surat

Buat plaboyku

Aku benci kamu

Kamu brebgsek

Tapiaku cinta kamu

Aku saying kamu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun