Mohon tunggu...
insan buana
insan buana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Tajam, Golkar Menggunakan Petrus

22 Desember 2017   07:53 Diperbarui: 22 Desember 2017   09:33 2267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal pencalonan Airlangga, terasa kentara sekali bahwa Airlangga mendapat dukungan penuh dari pemerintah, selain Airlangga sendiri adalah seorang menteri di kabinet Jokowi, safari politik Airlangga di awal masa pencalonan juga memiliki target langsung yang tepat menuju sasaran, Jokowi dan JK.

 Jokowi pada saat itu secara implisit mendukung pencalonan Airlangga dengan menerima kehadiran Airlangga dan DPD I Golkar di Istana Bogor sebagaimana diketahui Mayoritas DPD I Golkar mendukung Airlangga sebagai penerus estafet kepemimpinan Golkar, terbukti Airlangga terpilih menang sebagai ketua umum secara Aklamasi di Munaslub Golkar. JK lebih ekstrem lagi, secara eksplisit JK menyatakan bahwa pencalonan Airlangga sebagai Ketua Umum tidak dapat dibendung lagi.

Konsep "Petrus" ini bukan akronim dari "penembak misterus" yang menyeramkan pada masa kelam orde baru, tapi akronim dari "pepet terus" yang sedang booming di medsos digunakan oleh para jomblowan dalam merebut hati jomblowati dengan teknik serangan mendadak yang tidak dapat diprediksi. 

Apapun yang jomblowati post di medsos, bersegeralah para jomblowan melancarkan serangan gombal yang tidak dapat dibendung. Ada yang berhasil tapi kebanyakan sudah pasti gagal, karena dalam konsep marketing, kemungkinan keberhasilan kecil untuk mendapatkan target jika tidak ada "follow up".

Dalam analisa saya, manuver tajam Golkar ini untuk memenuhi 4 unsur, yaitu : menyatukan seluruh faksi di Golkar, merebut hati masyarakat, mendekatkan diri ke penguasa (pemerintah dan PDIP), dan memenangkan pemilu di 2019.

Menyatukan Seluruh Faksi di Golkar

Setelah Golkar luar biasa terpecah-pecah dan diombang-ambing oleh kepemimpinan SN, Airlangga melakukan sejumlah manuver untuk mempersatukannya kembali. 

Faksi-faksi ini terlihat saat beberapa pentolan golkar terlihat berniat ikut mencalonkan diri sebagai ketua umum di munaslub, seperti biasa, pamer dukungan para senior Golkar menjadi senjata pamungkas masing-masing bakal calon. Airlangga tidak tinggal diam, dengan bekal dukungan kuat dari lebih banyak senior Golkar dan mayoritas pemegang hak suara pada munaslub yaitu DPD I dan DPD II Golkar. 

Airlangga mem-petrus-kan para bakal calon ini, lobby-lobby tingkat tinggi ini berhasil meredam keinginan para bakal calon ini dan mengkonversikannya menjadi dukungan penuh bagi Airlangga, sehingga Airlangga dapat memenangkan pencalonan secara aklamasi. (contoh : Idrus Marham diisukan akan menjadi mensos).

Merebut Hati Masyarakat

Golkar saat ini (mari tinggalkan idiom "zaman now" supaya tidak dimarahin ivan lanin), ingin memiliki citra yang bersih, setelah Golkar mendapatkan citra yang miring (miring banget) saat SN mendapatkan gelar "papa minta saham", saat SN terindikasi terlibat dalam korupsi mega proyek EKTP dalam prosesnya yang ajaib. 

Seperti sakit dan tragedi tiang listrik berdarah pada saat berlangsungnya praperadilan penetapan SN sebagai tersangka pastinya membuat para kader was-was akan citra golkar yang menjadi bahan tertawaan masyarakat dengan MEME-MEME yang bertebaran, khusus mengenai MEME ini sudah saya bahas lengkap pada artikel ini, silahkan di klik. 

Rangkaian kejadian ini membuat golkar di cap sebagai lawan KPK dengan berbagai manuver uniknya di DPR. Maka Airlangga bergerak cepat, tidak lama setelah terpilih Airlangga, disuarakan oleh para loyalisnya, berencana mundur dari Pansus Angket KPK di DPR, gerakan ini akan terasa lebih gesit jika melihat rekam jejak Airlangga yang dianggap bersih dari kasus-kasus korupsi. 

Jika rencana ini terwujud, maka Golkar akan semakin mudah memperbaiki citranya dari partai gurita korupsi menjadi partai yang bersih. Golkar zaman now, ups maksud saya Golkar kekinian, semangat baru.

Mendekatkan Diri ke Penguasa (Pemerintah dan PDIP)

PDIP adalah partai utama pendukung pemerintah, Golkar sebelumnya memang sudah berkomitmen untuk mendukung pemerintah, Airlangga seolah menegaskan bahwa dia bisa lebih ekstrem lagi. Ini dibuktikan dengan pencabutan dukungan terhadap Ridwan Kamil di Pilkada Jawa Barat. 

Selain ketua DPD I Jawa Barat Dedi Mulyadi merupakan suksesor Airlangga, PDIP juga belum menetapkan bakal calon di Pilkada Jawa Barat, maka Golkar be like "sama kita aja yuk", gayungpun bersambut, PDIP mempertimbangkan berkoalisi dengan Golkar untuk memenangkan Pilkada Jawa Barat. 

Selain itu dengan kuatnya dukungan presiden dan wakil presiden pada pencalonan Airlangga juga akan mempermudah lolosnya kebijakan-kebijakan yang pemerintah canangkan pada pembahasan dan lobi-lobi di tingkat DPR. Golkar juga menegaskan bahwa akan mendukung Jokowi memimpin Indonesia 2 periode dengan memberikan surat penegasan dukungan pencapresan yang diberikan pada saat munaslub.

Memenangkan Pemilu 2019

Jika kita melihat dari berbagai survey terkini, bahwa mayoritas menginginkan Jokowi dua periode (Survey oleh The Initiative Institute) dan mayoritas masyarkat juga mendukung pemberantasan korupsi oleh KPK (Survey oleh Poltracking Indonesia).

Maka Golkar seolah-olah mendekatkan diri kepada masyarakat dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang populer dengan misalnya saja mendukung kedua hal diatas. Jika wakil-wakil Golkar di pertarungan Pilkada serentak 2018 menjadi pemenang tentu ini akan mempermudah serangan-serangan Golkar lainnya untuk juga memenangkan pemilu legislatif di 2019, Golkar akan lebih mudah maju dengan Calon yang popularitas dan elektabilitasnya tinggi.

Golkar sedang memperbaiki citranya di masyarakat, jika sekedar lip servicesudah pastilah tidak akan mampu bertahan lama, faksi-faksi akan kembali terbentuk secara natural, cemoohan-cemoohan masyarakat akan semakin ekstrem dialamatkan kepada Golkar.

Pemerintah juga akan menarik mundur dukungannya jika Golkar setengah hati mendukung lolosnya kebijakan-kebijakan pemerintah pada pembahasan di DPR. Maka konsep serangan yang paling benar adalah konsep serangan "petrus" Pepet terus, kejutkan masyarakat dengan serangan mendadak oleh kebijakan-kebijakan yang mendukung pemberantasan korupsi, keadilan sosial dan hal-hal sensitif lainnya.

Golkar sekarang harus lebih peka, sudah lewat zamannya untuk menutup diri. Sejauh ini, tampaknya akan berhasil, mari kita lihat sama-sama manuver tajam selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun