.....................................................................
Berjalan di atas bola dunia,
menyelami dalamnya samudera,
menaiki tangga-tangga yang fana,
menggoreskan tentang hakikat rasa,
yaitu suka duka kehidupan dunia,
tatkala dunia berada dimata,
orang-orang akan bersuka ria,
namun apabila ia jauh disana,
orang-orang akan gundah-gulana,
apakah dunia adalah penjara,
ataukah ia lapangan terbuka,
semua itu ditentukan oleh rasa,
begitu berharganya nilai sebuah rasa,
perhatikanlah senyumnya orang buta,
lihatlah cerianya orang yang tak punya,
berjalanlah di tempat yang penuh lara,
niscaya ada pelajaran yang berharga,
seandainya ahwal dunia penentu rasa,
tentu tiada satupun senyum diraut muka,
wahai para pecinta bola yang fana,
tak semua air mata adalah nestapa,
tak semua bahagia adalah jaya,
tapi mereka dibahagiakan oleh rasa,
sejauh mana rasa berkuasa dalam dada,
seperti itu pula engkau terbawa,
rasamu yang panjang atas dunia,
anganmu yang luas tak terhingga,
adalah petaka yang mencuri bahagia,
ia menjadikanmu bagaikan seekor domba,
lalu ia kembala dalam gundah-gulana,
atau ia jadikan sebagai pembawa lentera,
lalu ia tinggalkan dalam gelap-gulita.
..................................................................