Di era kini, teknologi telah benar-benar terbukti membantu manusia dalam bekerja. Teknologi informasi misalnya; telah mampu memperpendek jarak, memangkas proses-proses komunikasi yang rumit dan biroktaris. Pemerintah, pada beberapa tahun terakhir getol memanfaatkan teknologi informasi ini untuk kerja-kerja pelayanan masyarakat.
Kini aplikasi kanal pengaduan bertebaran. instansi dan pejabat memiliki akun media sosial/medsos (diantaranya juga melayani pengaduan, disamping tentu saja menampung nyinyiran dari warganet).Â
Saat ini, warga dari ujung kampung bisa melaporkan kesuksesan atau juga berkeluh-kesah mereka kepada instansi terkait, kepala dinas, bupati, gubernur, menteri bahkan presiden, melalui akun medsos.Â
Secepat kilat tanggapan akan segera bermunculan. Bahkan jika kasusnya menarik hal yang disampaikan itu bisa menjadi viral. Di medsos, seringkali kemudian ada istilah: mari kita viralkan.
Pada tulisan ini, saya akan focus bercerita soal situasi lapangan tentang dunia pertanian (khusus petani padi) yang saya jumpai sehari-hari dengan kenyataan berbagai statement pejabat di media mainstream dan berbagai postingan di akun-akun medsos instansi dan atau pejabat sector pertanian.
Berikut beberapa kisahnya:
Pertama, di akun medsos, perkembangan penggunaan kartu tani untuk penebusan pupuk bersubsidi getol di publikasikan. Kisah sukses tergambar di benak pembaca. Namun di kampung saya, tak satu-pun petani yang memiliki kartu tani.
Sosialisasi tentang kartu tani: apa fungsi dan gunanya, siapa yang berhak mendapatkannya, bagaimana cara mengurusnya, kepada siapa petani mengurus, tidak pernah sampai ke petani. Atau jika pernah sampai mungkin hanya satu dua kali sehingga tidak menjadi perhatian.
Karakter petani tradisional diantaranya adalah malas berurusan dengan birokrasi disebabkan trauma masa lalu: berurusan dengan birokrasi itu berpeluang menambah beban hidup baru. Perubahan praktik birokrasi saat ini, kabarnya masih belum tersiar di kampung.
Kedua, salah satu yang sering diunggulkan dan digelorakan di akun medsos, bahwa modernisasi pertanian melalui alsintan (alat dan mesin pertanian) berdampak pada efisiensi dan usaha menarik agar ada proses kaderisasi sumber daya manusia di bidang pertanian.
Agar anak-nanak muda tertarik bekerja di sector pertanian. Agar sector pertanian, tidak lagi dianalogikan sebagai sector penuh peluh, kumuh berdebu, tapi adalah sector yang setara dengan sector lain, pelakunya juga juga bisa santai dan perlente.