Aku berhasil menyingkirkan kerumunan gagak, namun tak mampu mengejar elang. Meski kakiku tak lagi utuh, aku terus berjalan di kelokan ini. Begitu banyak mahkota di sana, namun tak seindah mahkotaku. Entah berapa banyak kelokan yang ku lalui, terkadang terbesit di pikiran ku untuk beralih ke jalan yang lurus melupakan mahkotaku.
Ditengah keputusasaan ku, aku menemukan mahkotaku. Dia tersenyum begitu hangat, namun terasa begitu perih untukku. Kilauan sinar matahari menambah keindahan mahkotaku. Aku berlari dengan sisa kekuatan, merengkuh mahkota yang sangat ku rindukan.
Hangat namun dingin, Halus, namun kasar, kuat namun terasa rapuh. Terus ku Elus mencoba mencari sensasi yang sama dengan kemarin. Melorot dari dekapanku, menuntunku ke jalanan yang lurus, meski ku tau bagian dalam mahkotaku sangat retak.
Menyadari dia bukan lagi mahkotaku, terasa mati rasanya. Kaki ku benar2 lumpuh, perihnya tak lagi bisa ku tahan. Membayangkannya di dekap orang lain seperti di patuk oleh ribuan gagak.
Aku merelakan mahkotaku, memilih jalan yg lurus seperti permintaanya. Aku benar2 pergi tanpa menolehnya lagi, ini caraku merelakan. Namun bagiku dia tetap mahkotaku yang cantik dan indah, bunga yang kujadikan mahkota kini tak lagi ku lihat.
Aku benar2 berdamai dengan sang gagak, mungkin bisa di bilang aku memilih menjadi sang gagak. Terbang mengitari jalanan lurus, sesekali menoleh ke jalan kelok memandang bunga yang tak kalah indah.
~~~~~
Untuk mahkota yang tak lagi jadi milikku.
Inot_Senpai