Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Tangisan di Tikungan Jalan

24 Januari 2025   07:23 Diperbarui: 24 Januari 2025   08:51 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangisan kucing di tikungan jalan | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Semalam berlalu, dan suara mereka yang lirih terus menghantui telinga saya. Setiap mengeong, hati saya seperti tersayat. Saya merasa seolah mendengar tangisan bayi manusia, bayi yang kelaparan dan memanggil ibunya yang tak kunjung datang. 

Saya mencoba memberi mereka susu Bear Brand, tapi mereka hanya meminumnya sedikit, seperti tak tahu cara bertahan.

Pada dini hari tanggal 22 Januari, pukul 3 pagi, suara mereka tiba-tiba menjadi lebih keras, seperti seruan dari jiwa yang putus asa. 

Saya terbangun, mengambil mereka satu per satu, dan mencoba menenangkan tangisan mereka. 

Saat itu, saya membawa mereka masuk ke kamar, berharap mereka merasa aman meskipun untuk sementara. 

Namun, pagi itu saya berpikir untuk mencoba hal lain. 

Saya membawa mereka ke tempat yang lebih jauh, berharap induknya akan menemukannya dan memberi mereka kehidupan yang lebih baik.

Tapi, harapan itu pupus. Ketika malam tiba, salah satu dari mereka ditemukan mati di jalan. 

Pemandangan itu menghantam hati saya dengan keras, seperti menonton nyawa kecil yang dipaksa menyerah pada dunia yang kejam. 

Saya merasa bersalah, bertanya-tanya apakah ada yang bisa saya lakukan lebih baik untuk menyelamatkannya.

Hari ini, tanggal 24 Januari, saya memutuskan untuk kembali merawat dua kucing yang tersisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun