Semalam berlalu, dan suara mereka yang lirih terus menghantui telinga saya. Setiap mengeong, hati saya seperti tersayat. Saya merasa seolah mendengar tangisan bayi manusia, bayi yang kelaparan dan memanggil ibunya yang tak kunjung datang.Â
Saya mencoba memberi mereka susu Bear Brand, tapi mereka hanya meminumnya sedikit, seperti tak tahu cara bertahan.
Pada dini hari tanggal 22 Januari, pukul 3 pagi, suara mereka tiba-tiba menjadi lebih keras, seperti seruan dari jiwa yang putus asa.Â
Saya terbangun, mengambil mereka satu per satu, dan mencoba menenangkan tangisan mereka.Â
Saat itu, saya membawa mereka masuk ke kamar, berharap mereka merasa aman meskipun untuk sementara.Â
Namun, pagi itu saya berpikir untuk mencoba hal lain.Â
Saya membawa mereka ke tempat yang lebih jauh, berharap induknya akan menemukannya dan memberi mereka kehidupan yang lebih baik.
Tapi, harapan itu pupus. Ketika malam tiba, salah satu dari mereka ditemukan mati di jalan.Â
Pemandangan itu menghantam hati saya dengan keras, seperti menonton nyawa kecil yang dipaksa menyerah pada dunia yang kejam.Â
Saya merasa bersalah, bertanya-tanya apakah ada yang bisa saya lakukan lebih baik untuk menyelamatkannya.
Hari ini, tanggal 24 Januari, saya memutuskan untuk kembali merawat dua kucing yang tersisa.Â