Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggagas Pendidikan Indonesia, Harapan dan Tantangan

29 Oktober 2024   06:44 Diperbarui: 29 Oktober 2024   06:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggagas Pendidiakn Indonesia: Harapan dan Tantangan | Dokumen diambil dari: Spreaker.com

Perubahan ke arah yang lebih baik harus dilandasi dengan evaluasi dan refleksi yang tenang dan mendalam | Ino Sigaze.

Pertanyaan kritis mulai bermunculan seiring kehadiran tiga menteri yang mengurus pendidikan anak-anak Indonesia. Sorotan juga tertuju pada gebrakan Kurikulum Merdeka yang digagas di era Menteri Nadiem. 

Namun, apakah Menteri Pendidikan dalam kabinet Merah Putih ini akan melanjutkan Kurikulum Merdeka? 

Harapan dan rasa ingin tahu meliputi publik, menanti bagaimana langkah menteri pendidikan yang baru.

Mampukah ketiga pemimpin ini menjalin sinergi dalam tiga lingkup kewenangan yang berbeda? 

Tulisan ini akan menganalisis potensi risiko jika visi pendidikan tidak dirumuskan dengan dasar yang jelas, terutama terkait dampaknya pada keberlanjutan kurikulum.

Visi Pendidikan Indonesia

Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari tuntutan global dan kemajuan zaman. 

Kehadiran teknologi yang semakin canggih, seperti kecerdasan buatan, perlu diintegrasikan secara bijak dalam merumuskan visi pendidikan dan model kurikulum yang relevan bagi anak bangsa.

Visi pendidikan seharusnya menciptakan generasi yang berkembang dalam keseimbangan aspek kehidupan, baik dari segi teknologi, budaya, agama, maupun peradaban bangsa. 

Keseimbangan ini menjadi target utama, mengingat Indonesia perlu melahirkan generasi yang inovatif dan produktif.

Pendidikan Indonesia harus berorientasi pada karya-karya inovatif yang dilandasi kebenaran ilmiah, mampu diuji secara empiris, dan bertanggung jawab secara moral. 

Selain itu, kurikulum juga harus membekali anak bangsa untuk menghadapi tantangan sosial dan menangkis pengajaran yang menyesatkan.

Kurikulum Eksperimental

Sering kali, tiap pergantian pemimpin membawa pendekatan dan gaya yang berbeda, termasuk dalam hal kurikulum. 

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan matang:

Kajian Mendalam: Pergantian kurikulum sebaiknya didasarkan pada riset menyeluruh terkait kurikulum sebelumnya, termasuk evaluasi dari masyarakat dan siswa.

Pendapat mereka penting untuk memahami dampak kurikulum terhadap perkembangan mentalitas anak.

Keputusan Rasional, Bukan Sekadar Preferensi: Mengganti kurikulum semata karena selera atau pandangan pribadi menteri adalah langkah yang kurang bijak. 

Perubahan harus didasari analisis mendalam, bukan sekadar antitesis terhadap Kurikulum Merdeka.

Ada dua alasan yang mendasarinya:

Pertama, berlandaskan Kajian Ilmiah: Perubahan tidak perlu dilakukan hanya karena menteri baru hadir. 

Setiap pembaruan kurikulum semestinya didasari oleh penelitian ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Kedua, evaluasi Terhadap Kurikulum Merdeka: Mengkaji kualitas Kurikulum Merdeka perlu dilakukan untuk memastikan apakah kurikulum ini sejalan dengan visi pendidikan yang telah dirumuskan.

Jika Kurikulum Merdeka diganti lagi, maka kemungkinan besar setiap menteri akan terus bereksperimen dengan pendekatan baru. 

Apakah pendekatan eksperimental semacam ini efektif untuk pendidikan anak bangsa? 

Harapan kita tentu lebih dari sekadar eksperimen; yang diharapkan adalah kurikulum yang matang berdasarkan riset yang objektif.

Menteri Pendidikan dan Evaluasi Kurikulum Merdeka

Perubahan kurikulum yang berkualitas sebaiknya didasari pada evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, mencakup kelebihan dan kekurangan Kurikulum Merdeka. 

Kemudahan dalam implementasi kurikulum juga tidak selalu menunjukkan kualitasnya, kurikulum yang mudah bisa jadi kurang berkualitas, begitu pula sebaliknya.

Namun, perubahan kurikulum tidak boleh hanya berdasarkan asumsi yang belum terbukti. Kajian dan penelitian yang serius mutlak diperlukan sebelum ada keputusan untuk berganti kurikulum.

Kolaborasi Tiga Menteri untuk Pendidikan yang Harmonis

Sinergi antara ketiga menteri di bawah payung pendidikan bisa memberikan dampak positif yang besar, dengan dialog dan komunikasi yang produktif dari tiga perspektif berbeda. 

Dalam konteks ini, keharmonisan hidup menjadi nilai yang harus diutamakan, menciptakan pendidikan yang menghargai warisan peradaban bangsa dan mengajarkan anak bangsa untuk peduli kepada sesama.

Pendidikan yang ideal adalah yang menanamkan rasa cinta terhadap sejarah dan budaya Indonesia, serta mengajarkan anak-anak untuk bersikap terbuka dan peduli pada keberagaman di sekitarnya.

Salam berbagi, Ino, 29. Oktober 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun