Seiring dengan derasnya arus digitalisasi yang menghempas batas-batas kehidupan masyarakat, politik pun berubah wajah | Ino Sigaze.Â
Tak lagi hanya terkurung dalam bayangan angka-angka statistik, politik kini menyatu dengan bongkahan informasi yang tertaut erat pada fakta dan rekam jejak masa lalu seseorang.
Berdasarkan prinsip dan sistem yang berlaku di republik ini, pasangan calon yang maju dalam Pilkada 2024 memang layak mendapatkan nomor urut sesuai hasil undian resmi.Â
Tentu saja, nomor urut ini menjadi bagian dari seni politik, membangkitkan refleksi, visi, serta semangat dalam yel-yel kampanye.
Namun, sesungguhnya, pasangan-pasangan yang maju dalam kontestasi ini tidak serta-merta bergantung pada nomor urut sebagai faktor penentu tunggal kemenangan.Â
Nomor urut hanyalah bagian dari dinamika politik, sementara masyarakat digital memiliki cara pandang yang berbeda. Berikut adalah beberapa alasan mengapa masyarakat digital tidak lagi memandang nomor urut sebagai hal utama:
1. Masyarakat Digital Membutuhkan Informasi dari Beragam Sumber
Masyarakat digital adalah generasi yang senantiasa melakukan pencarian tanpa batas. Dalam konteks ini, angka-angka tak lebih dari sekadar informasi tunggal, kecuali bila disandingkan dengan tafsiran mistis yang seringkali terkesan absurd.Â
Sebagian orang mungkin masih membicarakan "angka keberuntungan," namun masyarakat digital sejatinya hidup dalam bayang-bayang trauma sejarah.
Angka dan janji-janji yang bertebaran selama kampanye bukan lagi barang baru---malah terasa basi jika tidak dibarengi dengan tindakan nyata.Â
Dalam Pilkada 2024 ini, yang benar-benar diperhatikan adalah keselarasan antara ucapan dan perbuatan para calon, serta seberapa jauh mereka mampu memenuhi harapan masyarakat, bukan sekadar deretan angka yang tak pernah terwujud.