Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bonding dan Detachment dalam Dinamika Kehidupan dan Dunia Kerja

21 September 2024   04:36 Diperbarui: 24 September 2024   11:12 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonding dan Detachment dalam Dinamika Kehidupan dan Dunia Kerja | Dokumen Kreasi Dall E 3.

Dunia kerja dan kesibukan sering kali menjadi penghalang utama bagi proses bonding yang ideal. 

Misalnya, di beberapa negara Eropa, lembaga penitipan anak menjadi pilihan umum bagi orang tua yang bekerja. 

Pada saat itulah, bonding bisa menjadi sulit dijaga, dan transisi ke detachment sering kali tidak dapat dihindari.

Anak-anak yang tumbuh dalam situasi ini mungkin merasa kehilangan kedekatan dengan orang tua mereka, terutama dengan sosok ayah. 

Hal ini mencerminkan sebuah garis logika sederhana: semakin mudah bagi orang tua menemukan alternatif untuk penitipan anak, semakin sulit bagi mereka mempertahankan ikatan emosional yang kuat dengan anak-anak mereka. Akibatnya, proses detachment lebih mudah terjadi seiring pertumbuhan anak.

Namun, penting untuk diingat bahwa faktor budaya juga berperan dalam menentukan seberapa positif proses bonding dan detachment. 

Dalam budaya Eropa, misalnya, bonding secara alami berubah seiring bertambahnya usia anak. Pada usia sekitar 17 tahun, anak-anak umumnya dianggap mandiri, dan kepercayaan orang tua terhadap anak-anak mereka semakin besar. 

Anak-anak diberikan kebebasan untuk mengatur hidup mereka sendiri. Ini sangat berbeda dengan budaya di Asia, di mana keterpisahan (detachment) pada usia yang sama sering kali dianggap sebagai hal yang negatif.

Di Indonesia, misalnya, anak yang terpisah dari orang tua pada usia remaja sering dianggap "hilang" dari keluarga. 

Meskipun demikian, detachment tidak selalu bermakna buruk. 

Dalam situasi tertentu, pemisahan antara orang tua dan anak bisa menjadi hal yang penting, misalnya ketika kesehatan atau keselamatan anak berada dalam risiko. 

Jika orang tua memiliki kondisi yang dapat membahayakan anak, detachment menjadi langkah yang bijaksana demi kebaikan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun