Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pantai Lia dan Eksplorasi Senja yang Eksotis

18 Juli 2024   07:10 Diperbarui: 18 Juli 2024   07:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di pantai Lia | Foto: Ino Sigaze.

Rabu, 17 Juli 2024 menjadi hari yang penuh kejutan dalam hidup saya. Ketika berjalan santai di area sekitar taman rumah, terdengar suara pesan masuk dari HP.

Pesan tersebut dari seorang ibu di Watas, perbatasan Maumere dan Kabupaten Ende, yang mengabarkan bahwa tangkai-tangkai buah naga sudah tiba di rumahnya dan saya boleh mengambilnya kapan saja, siang atau sore hari.

Tangkai buah naga | Foto: Ino Sigaze.
Tangkai buah naga | Foto: Ino Sigaze.

Dua bulan yang lalu, memang ada pembicaraan bahwa saya membutuhkan tanaman buah naga untuk ditanam di area lahan di Mageria. Rencana itu rupanya terjawab, karena semuanya kini sudah tersedia. 

Ketika sore menjelang, saya berangkat. Sekitar 300 meter dari rumah, seorang sahabat menahan saya, mengatakan bahwa saya bisa mengambil anakan pohon bila yang sudah dikoker dalam pot sederhana.

Anakan pohon bila | Foto: Ino Sigaze.
Anakan pohon bila | Foto: Ino Sigaze.

Sore itu juga saya membawa pulang lima anakan pohon bila. Selanjutnya, saya melanjutkan perjalanan ke Watas untuk mengambil dahan-dahan tanaman buah naga. 

Saya menjumpai rumah yang saya cari dan memuat tiga karung dahan buah naga. Saya dibantu oleh beberapa anak yang ramah dan sederhana.

Mereka menolong saya sambil menawarkan kopi sore bersama sang opa mereka yang duduk di teras rumah. Sementara saya duduk bercerita dengan sang opa, anak-anak tersebut sibuk membeli makanan ringan dengan sambal yang asam pedas. 

Perjumpaan spontan kami sore itu menjadi sangat menyenangkan karena suasana santai ditemani kopi, sambal, serta gorengan ubi tatas dan tahu.

Suasana santai selalu menjadi momen tepat untuk datangnya ide-ide yang menarik dan tak terduga. Saya menanyakan berapa jarak dari Watas menuju Pantai Lia. 

Pengakuan mereka serentak bahwa Pantai Lia sangat dekat dari tempat mereka, hanya sekitar satu kilometer saja.

Saya mengajak mereka untuk ke Pantai Lia supaya bisa mengambil beberapa batu berwarna yang bisa digunakan untuk menghias taman di samping rumah. 

Mereka dengan senang hati mengikuti saya ke sana. Kami menikmati keindahan senja Pantai Lia yang tak terduga, menunjukkan wajah riang dengan panorama yang istimewa penuh warna.

Wajah pemandangan Pantai Lia yang sungguh memanjakan mata itu membawa saya pada suatu sudut dengan aroma tulisan sederhana tentang Pantai Lia.

Pantai Lia dan Senja yang Merona

Pantai Lia terletak di perbatasan antara Kabupaten Maumere dan Ende, tidak jauh dari jalan lintas Flores, sekitar 500 meter dari jalur utama. Di sebelah Pantai Lia ada satu kampung kecil dengan beberapa rumah sebagai tempat pemukiman penduduk setempat.

Pemandan Pantai Lia ke arah Timur | Foto: Ino Sigaze.
Pemandan Pantai Lia ke arah Timur | Foto: Ino Sigaze.

Pantai Lia sedikit unik karena dari jarak sekitar 20 meter terlihat satu gundukan batu karang yang menyerupai kapal karam, mirip seperti kapal selam. 

Gundukan Karang seperti kapal selam | Foto: Ino Sigaze.
Gundukan Karang seperti kapal selam | Foto: Ino Sigaze.

Keunikan lainnya adalah bahwa pada pesisir Pantai Lia tidak ditemukan pasir selain batu-batu berwarna dengan berbagai bentuk yang menarik dilihat dan dinikmati.

Rona senja dari pantai Lia | Foto: Ino Sigaze.
Rona senja dari pantai Lia | Foto: Ino Sigaze.

Bagi beberapa orang yang kreatif, pikiran mereka pasti langsung terbawa kepada gagasan tentang bangunan rumah dengan paduan konstruksi batu berwarna dari Pantai Lia. 

Dari batu-batuan Pantai Lia, terbangunlah lantai halaman Gua Maria, tempat doa di Mageria. Pantai Lia berbentuk seperti cekungan dengan kumpulan batu-batu bundar dominan berwarna hijau muda.

Dari tumpukan batu berwarna itulah, pengunjung bisa menikmati rona senja yang bisa menghipnotis nalar hingga diam sejenak dan bersyukur pada Sang Pencipta. 

Pantai Lia dari pesisir laut sebenarnya tidak jauh dari Pantai La Paga, sekitar lima kilometer, sedangkan melalui jalan darat sekitar sepuluh kilometer. Oleh karena itu, jalur Pantai Lia dan La Paga bisa menjadi satu paket trip yang menyenangkan dengan aneka keunikan masing-masing.

Di sana ada damai ketika berdiri di atas tumpukan batu berwarna dan menatap ke barat. Ada sajian senja yang menyegarkan mata yang lelah menatap realitas kehidupan manusia yang penuh beban dan luka. 

Sang Pencipta itu baik adanya, semuanya yang indah telah diberikan-Nya, dan manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan sesuai kebutuhan jiwanya.

Salam berbagi, Ino, Kamis, 18 Juli 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun