Memang kelihatan segar, bukan karena matang, tetapi lebih karena sudah diperam lama dan sudah lama disimpan di kulkas. Saya tidak terlalu tertarik dengan jenis alpukat seperti itu.Â
Dari segi rasanya lumayan manis, tetapi karena kadang kulitnya sudah kehitaman, selera makan jadi berkurang.
Berkurangnya gairah makan alpukat di Jerman ini karena pengalaman dan rasa berbeda yang masih terngiang di dalam pikiran tentang suguhan alpukat Flores, Indonesia yang berbeda-beda bentuk buah dan rasanya.
Di wilayah kabupaten Ende dan Bajawa tumbuh beberapa jenis alpukat yang hanya bisa dibedakan dari bentuk dan ukuran buahnya serta rasanya.Â
Dua Jenis Alpukat
Jenis pertama yang saya kategorikan paling disukai adalah alpukat yang berbuah bulat dengan warna buah agak kekuning-kuningan. Jenis itu paling enak dan terasa tidak terlalu berair.Â
Pada saat diambil dengan menggunakan sendok, terlihat sekali dagingnya begitu tebal bisa 1,5 - 2 cm.
Buah alpukat dari jenis ini lebih besar, dan jika matang di pohonnya, maka cenderung retak pada buahnya dan jika jatuh ke tanah, beberapa menit kemudian langsung disambut oleh semut-semut.Â
Jenis alpukat ini sangat enak jika dimakan bersama dengan nasi jagung. Orang bisa saja dengan mudah menikmati makan siang dengan alpukat daripada dengan sayuran yang mereka tidak suka.
Jenis kedua adalah buah alpukat yang berwarna hijau bersih dengan buah sedikit lebih panjang dan pada bagian kepalanya sedikit lebih kecil.Â
Jenis ini sangat manis dan berdasarkan pengalaman pribadi, jenis ini sangat cocok jika dicampur dengan kopi. Kopi campur alpukat memang terlalu enak untuk dinikmati saat siang hari.