Warisan itu diberikan kepada siapa saja, bahkan tanpa ada ikatan perjanjian dan biaya. Di sana ada kebebasan universal yang tidak hanya diberikan kepada semua orang, tetapi juga ada inklusivitas yang tidak terduga pada awal mulanya. Orang diberikan kebebasan untuk membaca pesan di balik rona indah tak beraturan batu-batu itu.
Hempasan tidak selamanya menjadi yang terbuang, di ujung ombak tidak selamanya terluka, berada pada poros lapisan waktu, tidak selamanya dilupakan.Â
Kenyataan menunjukkan bahwa estetika datang dari harmoni antara imajinasi manusia dengan kenyataan yang berbeda, berpadu dengan kata dan warna dari satu fokus sudut penglihatan yang berbeda-beda.Â
Simfoni kehidupan berada pada poros pemahaman yang tidak jauh berbeda dari kenyataan konstruksi batu-batu La Paga. Di sana ada angka-angka bagi mereka yang menempatkan data dan fakta sebagai basis kalkulasi analisis mereka.Â
Tak hanya angka yang akan menggoda manusia dalam ritual rasionalitas tentang elektabilitas, tetapi juga tentang fakta perjumpaan antara yang berbeda. Antara manusia dan alam terbuka ruang perjumpaan supranatural dalam keheningan yang berpadu riak ombak yang pecah.
Harmoni Kehidupan dan Interpretasi Penulis
Harmoni yang lahir dari kebebasan menafsir itu bebas dari fakta pemaksaan, apalagi harus duduk semeja berkompromi dan bicara tentang yang tidak ada.Â
Di sana ada batu yang indah dengan bentuk yang beragam, meski tampak seperti datang dari satu mal uji coba. Kekaguman bisa saja datang saat melihat fenomena yang tidak biasa merapat di pelupuk mata sang penulis biasa.Â
Dari relung hati yang penuh tanya ia hanya mencoba melukis itu semua dengan tinta cinta dari pena literasi kehidupan yang biasa.
Di sana ditemukan rangka reptil pesisir yang terbiasa dihempas ombak, namun menyatu dengan batu-batu dasar. Mereka seperti punya cakar yang menyatukan tubuh dengan batu aneka warna.Â