Dari sekian banyak gejolak positif dari kehadiran lembaga survei ini, tentu saja mereka punya andil yang tidak tergantikan dalam membangun literasi politik yang sehat karena mereka menyajikan data-data riil.
Mampukah masyarakat Indonesia mencoba memaknai data-data lembaga survei ini dengan paduan literasi yang sejuk dan damai?
Elektabilitas Tokoh-Tokoh di Luar Partai
Bagi sebagian orang yang punya ambisi politik, kehadiran nama-nama baru yang digadang-gadang akan menjadi calon kepala daerah nanti tentu saja bisa menjadi penyebab tensi fisik tidak stabil.
Pasalnya, gadang-gadang itu telah disertai dengan angka-angka dari lembaga survei yang tentu saja bukan hiburan dan permainan.
Saya melihat fenomena itu menyajikan beberapa kemungkinan:
Pertama, fenomena itu bisa saja berkaitan dengan trik politik dari tokoh-tokoh politik yang punya kepentingan besar dalam Pilkada nanti, entah itu pendukung mereka yang adalah kaum pemilik modal di negeri ini atau juga politikus berpengaruh lainnya.
Kedua, sangat mungkin fenomena itu adalah bagian dari strategi politik dari partai politik tertentu supaya orang-orang di tubuh partai politik segera berpikir dan merapatkan barisan internal dan selanjutnya memperkuat garda konstelasi berikutnya.
Ketiga, kemungkinan lainnya tentu saja fenomena itu berkaitan dengan strategi tokoh-tokoh politik yang sedang digadang-gadang saat ini sebagai bagian dari perkenalan mereka ke kalangan publik, sekaligus untuk mengetahui seberapa besar animo masyarakat terhadap mereka.
Keempat, fenomena itu bisa saja lahir dari kerja sama antara lembaga survei dan tokoh-tokoh yang digadang-gadang oleh orang-orang di lembaga survei.Â
Sebab, jika saja tokoh yang digadang itu dalam beberapa survei selalu memiliki elektabilitas positif atau meningkat, maka bisa saja dikatakan tokoh itu memiliki nilai jual tinggi yang nantinya bisa dipinang partai atau melaju ke poros independen.