Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Strategi Efektif untuk Realisasi Program Makanan Bergizi Gratis bagi Siswa Indonesia

2 Juni 2024   18:11 Diperbarui: 3 Juni 2024   04:36 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategi efektif untuk realisasi program makanan bergizi gratis bagi siswa Indonesia tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi harus menjadi bagian dari tanggung jawab dan kerjasama antara pemerintah, guru, dan orangtua | Ino Sigaze.

Terdengar seperti letupan janji di siang bolong ketika program makanan bergizi gratis untuk siswa Indonesia menjadi bagian dari kampanye pasangan Prabowo-Gibran saat itu.

Letupan janji tersebut kini semakin nyata terdengar setelah pasangan Prabowo-Gibran menempati posisi nomor satu di negeri ini. Masyarakat Indonesia sedang menagih janji tersebut, bertanya kapan dan bagaimana program makanan bergizi gratis untuk siswa akan direalisasikan.

Konteks Indonesia yang kompleks membuat janji tersebut tidak selalu mudah direalisasikan. Janji ini memerlukan strategi dan perencanaan yang matang dan terkendali.

Tulisan ini menyajikan alternatif strategi untuk merealisasikan program makanan bergizi gratis bagi siswa Indonesia. Ada beberapa langkah praktis yang perlu dipersiapkan sebelum program ini dilaksanakan.

1. Perspektif tentang Makanan Bergizi

Penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki pemahaman bersama tentang apa yang dimaksud dengan makanan bergizi. Makanan bergizi tidak selalu harus dibeli dari hasil produksi atau makanan jadi.

Pada era 1980-an, setelah ujian, sering diadakan program dari guru keterampilan, yaitu memasak makanan 4 sehat 5 sempurna. Para siswa dan guru pada hari itu menikmati makanan 4 sehat 5 sempurna.

Pada masa itu, pelaksanaannya diserahkan kepada sekolah untuk menentukannya. Bahkan, program makanan 4 sehat 5 sempurna tersebut disediakan sendiri oleh siswa setelah mendapatkan penjelasan dari guru.

Konsep 4 sehat 5 sempurna terdiri dari nasi, daging, sayur, buah (4 sehat), dan susu (5 sempurna). Konsep ini pernah direalisasikan di sekolah saya pada tahun 1980-an.

Pertanyaannya, apakah makanan bergizi gratis tersebut harus mengandung 4 sehat 5 sempurna? Atau apakah ada standar makanan bergizi lainnya?

2. Dukungan Dana untuk Realisasi Program

Makanan bergizi gratis tentu menarik perhatian. Kata "gratis" menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia mengenai berapa biaya yang diperlukan pemerintah untuk melaksanakan program ini.

Rakyat Indonesia tentu mulai menghitung, karena kata "gratis" berarti pemerintah akan menyiapkan dana untuk itu semua.

Jika demikian, pemerintah harus memiliki sokongan dana yang sangat besar, apalagi jika makanan bergizi tersebut diberikan setiap hari.

Sanggupkah pemerintah Indonesia menyediakan dana untuk makanan bergizi gratis bagi semua siswa Indonesia? Pertanyaan lain adalah, apakah cara ini sangat membantu masyarakat Indonesia?

3. Model Pemberdayaan dan Dukungan Pemerintah

Tujuan utama dari program makanan bergizi gratis adalah agar siswa Indonesia sehat dan berkualitas. Kesehatan dan kualitas ini sangat penting dan seharusnya dipikirkan oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pemerintah.

Mentalitas masyarakat yang selalu bergantung pada subsidi akan menunggu dari pemberi untuk merealisasikan program makanan bergizi tersebut.

Logikanya seperti ini: Jika ada dana dari pemerintah, maka makanan bergizi diberikan kepada siswa. Sebaliknya, jika tidak ada dana, maka program tersebut otomatis dihapus.

Logika tersebut tidak tepat dan bahkan tidak mendidik masyarakat Indonesia untuk menyadari bahwa hidup sehat dan berkualitas itu penting.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan metode hibrid yang sangat efektif untuk merealisasikan program makanan bergizi gratis.

Orangtua perlu diberikan pencerahan tentang pentingnya memberikan makanan bergizi kepada anak-anak mereka, di samping upaya pemberian makanan bergizi gratis di sekolah.

Pada tahun 1980-an, orangtua mampu memberikan makanan bergizi alias 4 sehat 5 sempurna sehari dalam satu semester. Artinya, 44 tahun yang lalu orangtua di pedalaman sudah mampu memberikan makanan bergizi kepada siswa dua kali dalam setahun.

Dengan perhitungan kemajuan yang realistis, di tahun 2024 orangtua seharusnya sudah bisa memberikan makanan bergizi sebanyak 88 hari dalam setahun. Ini berarti dalam satu tahun, orangtua berkontribusi sebanyak 88 hari makanan bergizi.

Jumlah hari efektif siswa di sekolah dalam setahun sekitar 265 hari setelah liburan. Maka, tanggungan pemerintah menjadi 177 hari.

Artinya, setiap siswa akan ditanggung pemerintah selama 177 hari dalam setahun untuk biaya makanan bergizi. Jika biaya makanan bergizi sebesar Rp 40.000 per kali, maka total biaya setahun menjadi Rp 7.080.000 per anak, sedangkan tanggungan orangtua sebesar Rp 3.520.000.

4. Upaya Realisasi dan Penghematan Biaya

Upaya realisasi program perlu memperhitungkan penghematan biaya. Kemungkinan penyalahgunaan biaya bisa terjadi jika dana diberikan kepada sekolah.

Guru bertugas untuk mengajar, bukan memasak di sekolah. Ada kemungkinan guru harus membayar tenaga lain untuk memasak makanan bergizi bagi siswa.

Untuk mengantisipasi hal ini, dana bantuan makanan bergizi perlu ditransfer ke rekening siswa yang dipegang orangtua mereka. Orangtua yang harus menyediakan makanan bergizi untuk anaknya setiap hari, bukan guru di sekolah.

Dengan cara ini, orangtua akan termotivasi untuk belajar menyiapkan makanan bergizi dan sehat untuk anak-anaknya. Dampak lebih serius adalah orangtua akan termotivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Dana ini tidak diberikan kepada keluarga yang anaknya tidak bersekolah. Dari situ, diharapkan semua orang akan termotivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

5. Kepastian Perealisasian Program Makanan Bergizi

Kepastian bahwa anak menikmati makanan bergizi sangat penting. Kebebasan orangtua perlu diperhatikan, dan di sini peran guru di setiap wilayah, kampung, atau desa sangat dibutuhkan.

Guru perlu mendapatkan informasi dari orangtua terkait pemberian makanan bergizi yang tepat sasaran. Kemudahan teknologi saat ini memungkinkan pelaporan online untuk memastikan realisasi makanan bergizi.

Guru-guru kelas bisa melakukan pelaporan secara teratur. Prinsipnya bukan soal pengontrolan, tetapi soal membangun kebiasaan baik dan positif mulai dari keluarga.

Demikian beberapa pokok pikiran alternatif terkait strategi merealisasikan program makanan bergizi gratis untuk siswa Indonesia. Mari bergandeng tangan untuk mendukung siswa dan generasi muda Indonesia yang sehat dan berkualitas.

Salam berbagi, Ino, 2 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun