Diam terpekur di depan kamar
Menunggu hujan datang, setelah dua minggu telah lewat.Â
Petani-petani menangis dan bertanya, "mengapa belum datang hujan padahal kami sudah menanam."Â
Hari-hari cuma sebatas gerimis, lalu kembali diterpa angin pengusir.Â
Terlalu tega, rasamya alam ini menghukum petani kecil. Mereka menjerit dahaga masa depan.Â
Semua semakin tidak pasti. Hujan semakin sulit terlihat, sedangkan air mata semakin mudah ditatap.Â
Di panggung debat, air mata bisa datang, senyum puas dan sinis bisa keluar tanpa nalar.Â
Herannya, hujan belum datang meski suara mereka sepanjang hari lontarkan tanya dan doa.Â
Kapan kami dapat hujan dan semoga hujan bisa membasahi tanah.Â
Kehausan  kami sama dengan kehausan akan seorang figur yang bisa membawa angin segar kemajuan bangsa.Â
Rindu kami tidak akan bisa terobati kapan saja, selain saat-saat hujan air mata menyalurkan kata-kata jujur dari lubuk hati terdam.Â
Rahasia karyanya terlalu besar untuk dijaga, dan tidak untuk dibongkar kapan saja.Â
Kami rindukan hujan demi bangsa dan atas nama cinta tanah air dan Nusantara.Â
Salam berbagi, Ino, 12.01.2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI