Matinya pengkritik itu meninggalkan catatan kritis | Ino Sigaze.
Siapa sih yang tidak kenal Rizal Ramli? Rizal Ramli mungkin bagi generasi muda saat ini lebih dikenal bukan sebagai pakar ekonomi, tetapi sebagai pengkritik yang suka memberikan kritikan dengan nada keras.
Kok bisa ya seperti itu? Belakangan ini saya mengikuti perkembangan tentang Rizal Ramli  sampai merasa jenuh dengan diksi-diksi dalam kritiknya.
Rizal Ramli rupanya penuh emosi seperti seorang pengkritik yang sedang tensi tinggi. Ia berbicara lurus sesuai dengan apa yang dipikirkannya, tanpa lebih selektif dalam pemilihan kata.
Ternyata ada beberapa hal yang Rizal Ramli lupakan:
1. Rizal lupa bahwa seorang pengkritik juga perlu bersikap santun.
Sebagian besar konten video Rizal Ramli pasti mengkritik pemerintahan Jokowi, dan setiap kritik selalu disertai dengan momen yang sangat tajam dan menyakitkan.
Kata-katanya selalu disertai dengan curiga dan aroma benci yang luar biasa. Nah, bagi kelompok oposisi pemerintah, Rizal Ramli mungkin dianggap sebagai seorang tokoh yang berani.
Rizal Ramli memang berani dan percaya diri dalam setiap ucapannya ke publik. Namun, sayangnya posisinya sebagai pengkritik membuatnya berhadapan dengan orang lain yang jauh lebih bijaksana.
Jokowi tetaplah sebagai seorang tokoh yang tenang dan tidak reaktif terhadap semua ucapannya. Kata-kata negatif yang diucapkan dan tidak direspons hanya akan menjadi cambuk bagi dirinya sendiri.
2. Rizal lupa bahwa tidak ada manusia yang sempurna di bumi.
Setiap kali saya mendengar Rizal bicara, terasa bahwa Rizal ingin menunjukkan dirinya sebagai seorang yang sempurna. Ia tahu banyak hal, dan bahkan, Rizal pernah menyatakan keinginannya untuk menjadi Presiden.