Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum Oposisi Perlu Belajar dari 3 Hal yang Dilupakan Rizal Ramli

3 Januari 2024   07:06 Diperbarui: 3 Januari 2024   08:19 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar bahwa ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di Kabinet Indonesia Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi), tapi rupanya Rizal hanya menjabat selama 10 bulan.

Rizal memang seorang yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Jika Rizal tidak suka dengan pejabat lainnya, maka dengan berani ia tidak akan menyalaminya.

Salah satu pengalaman tersebut adalah ketika Rizal tidak menyalami Bapak Jusuf Kala. Bayangkan seorang Menteri yang tidak mau menyalami Wakil Presiden. (wartaekonomi.co.id) (26/11/2022).

Dari Rizal, kita bisa belajar untuk menghargai orang lain, meskipun pikiran dan gagasannya tidak selalu sejalan.

3. Rizal Ramli lupa bahwa pikiran negatif adalah penyakit yang mematikan.

Jika Rizal bicara, siapa yang tidak merasa terpancing? Simak saja video-videonya, "Korupsi era Jokowi lebih ganas dan brutal dari Orde Baru."

Rizal sangat blak-blakan dalam video tersebut, berbicara tentang pemberantasan KKN. Demikian kata Rizal, "Kaya kepala ikan; yang busuk itu dari kepalanya." (Tribunnews).

Blak-blakan tersebut sangat jelas menyudutkan Jokowi dan keluarganya. Bagaimana membuktikan dari ucapan Rizal? Namanya blak-blakan, bukan suatu opini yang dilengkapi dengan data-data.

Dalam hal ini, Rizal hanya menyemburkan emosi negatifnya ke publik dan pada akhirnya tidak direspons karena dianggap lebih sebagai ucapan spontan.

Rizal Ramli lupa bahwa gagasan yang disampaikan dengan baik dan santun akan mendapat tanggapan positif.

Kritikus sejati seharusnya mempertimbangkan beberapa hal ini:

Pertama, etika dan tata krama dalam berbicara tanpa menyudutkan pribadi seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun