Sorotan topik terkait Natal kali ini rupanya lebih fokus pada makanan. Namun sebenarnya, Natal bukan hanya soal makanan.
Meskipun orang dapat berbicara tentang menu khas Natal atau makanan liburan, seharusnya kita tidak lupa bahwa Natal lebih dari sekadar makan dan minum serta hidangan khas.
Oleh karena itu, saya mencoba menyoroti aspek lain dari perhatian pada makanan, tanpa sepenuhnya menghilangkan topik tersebut.
Saya bersyukur bahwa sorotan topik terkait makanan khas Natal membuka pandangan saya untuk merenungkan Natal tahun ini lebih dari sekadar hal-hal materi.
Paulus tentang Kerajaan Allah
Kitab Suci juga membahas tentang makanan, dan umat Kristen tahu bahwa ada perjamuan makan malam bersama, memberi makan kepada ribuan orang, dan tentu saja, catatan mengenai Kerajaan Allah dari rasul Paulus yang mencolok.
Paulus menulis dengan tegas tentang apa itu Kerajaan Allah. Dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 14:17 TB, dikatakan, "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita melalui Roh Kudus."
Bagi saya, versi terjemahan itu tidak sepenuhnya menekankan maknanya. Oleh karena itu, saya mencoba memperlihatkan teks aslinya dalam bahasa Yunani: " ὁ γὰρ βασιλεία τοῦ θεοῦ οὐκ ἐστιν βρῶσις καὶ πόσις, ἀλλὰ δικαιοσύνη καὶ εἰρήνη καὶ χαρὰ ἐν πνεύματι ἁγίῳ." Dari teks asli itu, jelas terlihat kata "estin" menunjukkan unsur definitif.
Jadi, seharusnya diterjemahkan sebagai: "Kerajaan Allah adalah bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus."
Keberadaan kata "adalah" sangat penting untuk menunjukkan bahwa yang dijelaskan adalah hal yang definitif. Paulus menolak pandangan sempit bahwa ketaatan pada hukum makanan dan minuman adalah inti dari kehidupan rohani.
Sebaliknya, ia menekankan bahwa Kerajaan Allah tidak terikat pada aturan tertentu seputar makanan dan minuman.