Pengaruh panas terik tidak pernah menghentikan tekad suci untuk terus menulis, meskipun jauh dari pertimbangan finansial yang murni.
Seorang penulis tidak terlalu memperhatikan untung atau rugi, karena yang dikejar bukan sekadar uang... uang, melainkan pengakuan sebagai seorang penulis.
Penulis-penulis ini, di satu sisi, menjadi tawanan hasrat mereka sendiri untuk diakui sebagai penulis yang setia menulis, bahkan ketika badai datang menekan mereka, yang juga tak peduli.
Keteguhan pengakuan dari para penulis jauh lebih berharga daripada angka-angka keuntungan yang masuk ke kantong mereka.
Mereka setia melayani, setia menulis tanpa pernah mengatakan keinginan untuk diakui, mungkin menjadi mimpi tersembunyi dari penulis-penulis zaman ini.
Meskipun penulis merasa kecewa karena akun mereka diblokir, mereka tetap menulis. Mereka telah menjadi tawanan dari keinginan mereka sendiri.
Mereka membuktikan bahwa mereka mampu bangkit untuk menulis dan mengembangkan ide-ide mereka dengan tekun dan disiplin yang mereka junjung.
Pada musim ini, akun-akun kritis seringkali tidak memedulikan siapa yang ingin dipuji dan diakui, dan siapa yang harus dikritik habis-habisan.
Hati-hati, pilihanku tidak boleh dikritik. Itu hanya bisa diapresiasi dengan narasi yang positif, meskipun ada kalanya penulis juga berbohong.
Diam dan dukunglah dengan literasi yang bersifat konstruktif.