Diplomasi di meja makan dapat merupakan isyarat damai dan kedekatan hati, namun kita harus tetap waspada terhadap potensi godaan Yudas.
Di tengah suhu politik tanah air yang semakin naik, Jokowi melakukan sebuah model diplomasi yang biasa namun penuh makna.Â
Gagasan diplomasi ala Jokowi sungguh menarik karena apa yang dilakukannya belum pernah dilakukan sebelumnya.
Apakah diplomasi ala Jokowi lahir karena faktor kecemasan bahwa akan ada hawa panas yang saling menghimpit, khususnya di kalangan lawan politik menjelang pemilu 2024 ataukah memang karena rasa tanggung jawabnya sebagai Presiden.
Ragam perspektif bisa saja muncul dari pemandangan model diplomasi ala Jokowi itu.Â
Nah, tulisan ini berusaha menganalisis bagaimana model diplomasi itu sungguh efektif untuk meredam suasana kehidupan yang semakin menggejolak.
Diplomasi di Meja Makan
Dalam banyak kesempatan orang berbicara di meja makan. Ya, saat makan, orang dapat berbicara tentang apa pun. Namun, belum banyak orang yang benar-benar menyadari kekuatan diplomasi di meja makan.
Saya jadi ingat suatu ketika dikunjungi seorang Uskup di rumah kami di Jerman. Uskup itu bercerita banyak hal, termasuk tentang orang-orang kritis yang bertanya dan mengkritik segala hal tentang gereja.
Padahal sebenarnya pengkritik itu sendiri tahu dengan baik substansi persoalan yang sedang terjadi, tetapi karena kepentingan tertentu, maka orang itu bisa membawa isu-isu pribadi.
Sehari setelah pengkritik itu menulis di koran, bapak Uskup itu menelponnya secara langsung dan mengundangnya untuk minum kopi.Â