Diskusi dan polemik pasca peran Rusia-Ukraina terasa sekali merambat sampai kepada tema krisis global dan termasuk terkait dengan krisis pangan.
Tema krisis pangan menjadi sangat aktual karena kenyataan dunia saat ini yang berhadapan dengan dua kenyataan.Â
Pada satu sisi, dunia berhadapan dengan krisis perang yang secara langsung telah menghancurkan semua produk pangan lokal pada negara-negara yang terkena secara langsung.
Tidak hanya itu, ternyata pada sisi yang lain, kenyataannya perubahan iklim dan pemanasan global sama sekali tidak bisa dihindari.
Dua kenyataan tersebut hampir merata di seluruh dunia. Dampak lanjutan dari dua krisis besar tersebut adalah terjadinya peningkatan inflasi yang telah membuat sebagian besar negara mengalami kegagalan ekonomi.
Oleh karena itu, saya sangat setuju bahwa kita perlu menjadikannya sebagai tema besar yang terus didiskusikan hingga munculnya kesadaran yang kuat.
Tulisan ini berusaha menyoroti bagaimana cara sederhana yang dilakukan oleh masyarakat Flores di beberapa tempat di tengah gejolak krisis ini, dan belum terlihat tanda-tanda berakhirnya.
Beberapa cara sederhana untuk mengatasi krisis pangan saat ini, antara lain:
1. Gerakan swasembada pangan
Saya masih ingat sekitar tahun 1988 kata 'swasembada pangan' pertama kali terdengar. Kata itu muncul ketika Indonesia sedang mengalami krisis atau setidaknya situasi perekonomian Flores yang sulit.
Saat itu, desa kami mulai mengadakan gerakan untuk menanam umbi-umbian, seperti singkong, ubi talas, ubi tatas, dan beberapa jenis umbi-umbian lainnya yang sampai saat ini saya belum tahu namanya dalam bahasa Indonesia.