Transformasi politik memang perlu dilakukan, terutama ketika kita terjebak dalam dilema yang tak kunjung selesai. Suksesi kepemimpinan tidak akan menunggu sampai dilema itu terselesaikan | Ino Sigaze.
Terpilihnya Kaesang sebagai Ketua Umum PSI dan pidato perdananya telah menjadi berita yang paling menarik di mata semua media di republik ini.Â
Pasalnya, Kaesang adalah putra bungsu Presiden Joko Widodo yang masih relatif muda.Â
Publik akan mengakui bahwa tidak ada politisi muda seprestasi Kaesang Pangerap. Mana ada politisi muda Indonesia yang baru berusia 29 tahun sudah menjadi Ketua Umum Partai?Â
Tulisan ini lebih menyoroti tentang figur unik Kaesang dalam konteks prediksi dilema PSI dan realitas transisi kepemimpinan Indonesia saat ini.Â
Kaesang adalah "Ninja" kita
Kenyataan terpilihnya Kaesang Pangerap sebagai Ketua Umum PSI memang menarik untuk ditelaah lagi dari beberapa sudut pandang, baik dari sudut pandang orang muda sendiri, maupun sudut pandang orang-orang tua yang cenderung menilai bahwa kebijaksanaan sangat tergantung pada usia seseorang.Â
Logika dari perspektif usia tentu saja berbeda: pertama, orangtua berpikir bahwa semakin tua seseorang, maka ia akan menjadi semakin bijaksana.Â
Kedua, bagi orang muda, jika seseorang memiliki keberanian untuk terlibat dalam kepemimpinan, maka kepemimpinannya akan terlihat lebih modern dan kekinian.Â
Apakah dengan usia Kaesang yang masih relatif muda, ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana? Tentu saja, tidak mudah menjawab pertanyaan ini, karena jawabannya akan terungkap seiring berjalannya waktu.
Saya jadi teringat kata-kata bijak dalam buku Kebijaksanaan, "Permulaan kebijaksanaan ialah keinginan sejati untuk mendapatkan pendidikan, dan mencari pendidikan adalah kasih kepada-Nya. Kebijakan 6:17."Â
Tanpa terlalu dikuasai oleh pesimisme yang mendalam, ada sisi lain dari keberanian Kaesang yang perlu diapresiasi.Â
Barangkali dalam dirinya terdapat jiwa yang didorong oleh kerinduan akan pendidikan, dan sejatinya ia memiliki jiwa pencari ilmu.Â
Ini berarti bahwa bangsa ini membutuhkan bukan hanya politisi yang berpengalaman dengan kendaraan politik yang mapan, tetapi juga orang yang terbuka untuk terus belajar menjadi lebih baik, bukan hanya di mata manusia, tetapi juga di hadapan Allah.
Dalam kata-kata seorang pemazmur, "Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberikan keluputan. Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya."
Dari perspektif ini, bisa dikatakan bahwa Kaesang memiliki potensi yang perlu diapresiasi.Â
Ada harapan bahwa Kaesang akan mewakili suara generasi muda Indonesia yang sudah muak dengan gaya kepemimpinan lama yang seringkali disertai dengan korupsi yang tidak dapat dihindari.
Kaesang memberi harapan kepada generasi muda Indonesia untuk menjadi lebih optimis terhadap politik, yang seringkali dianggap sebelah mata dan penuh dengan kontroversi.Â
Mungkin kehadiran Kaesang akan mengakhiri era politik yang penuh dengan ketegangan dan saling serang, dan membawa era baru yang lebih positif.
Pidato pertama Kaesang telah menunjukkan bahwa citra kepemimpinan tidak selalu harus ditandai dengan ketegangan, tetapi juga dengan kebahagiaan bersama tanpa sinis dan kritik yang memisahkan.Â
Pemimpin muda yang diharapkan oleh bangsa ini perlu hadir dengan kata-kata yang segar dan berwibawa, sambil tetap menyertakan elemen canda dan humor yang bermakna.
Dilema tersembunyi PSI saat ini
Pertanyaannya, apakah PSI menjunjung Kaesang sebagai pemimpin karena perspektif canda dan nama yang dikenal?  Kita tunggu saja.
Dari sudut pandang yang berbeda, saya melihat ada dilema tersembunyi yang belum terungkap dalam diri PSI.Â
Dilema ini berkaitan dengan upaya PSI untuk tetap progresif, tetapi juga kritis dan memiliki massa yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.Â
Meskipun PSI memiliki citra sebagai kumpulan orang muda yang cerdas, kritis, dan berwawasan masa depan, berapa anggota PSI yang berhasil menduduki kursi di DPR RI periode 2019-2024?Â
Sayangnya, PSI menghadapi nasib yang sama dengan beberapa partai lainnya, seperti Perindo, Berkarya, Hanura, PBB, Garuda, dan PKPI.
Apakah PSI akan tetap bertahan dengan cara yang sama seperti masa lalunya?Â
Tentu saja, dilema ini masih berlangsung, dan saat ini, PSI telah mengambil langkah mengejutkan dengan merekrut pengusaha muda yang diharapkan dapat diandalkan untuk membawa perubahan.Â
Keputusan untuk melakukan reformasi tanpa mempertimbangkan jasa dan nama pendiri adalah langkah yang berani dan menunjukkan komitmen PSI untuk menjadi partai yang menjanjikan bagi generasi muda Indonesia yang berprestasi.Â
Hal ini juga menghapuskan konsep pengalihan kekuasaan yang rumit. Namun, perjalanan politik PSI belum berakhir.Â
Apakah langkah reformasi ini akan memiliki dampak khusus dalam Pemilihan Presiden 2024?Â
Suksesi Kepemimpinan
Suksesi kepemimpinan adalah hal yang menarik untuk dipantau. Suksesi Kepemimpinan Siapa pun dapat mencoba memprediksi peran Kaesang dan PSI saat ini, dan ini dapat dihubungkan dengan berbagai tema.Â
Yang ingin saya soroti adalah hubungan antara Kaesang, PSI, dan suksesi kepemimpinan.Â
Pidato perdana Kaesang menunjukkan bahwa keputusannya untuk mengambil peran ini didasarkan pada keinginannya untuk melanjutkan hal-hal positif yang telah dikerjakan oleh Ayahnya, Presiden Joko Widodo.Â
Selain itu, Kaesang ingin menginspirasi generasi muda Indonesia tentang pentingnya optimisme dalam politik. Jika politik dapat memberikan kebaikan dan kesejahteraan bersama, mengapa kita tidak terlibat?
Dengan pertimbangan ini, kepemimpinan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI memiliki implikasi yang nyata. Kaesang seolah-olah telah mengangkat bendera harapan bagi generasi muda agar tidak takut terlibat dalam politik.Â
Mungkin Kaesang ingin membawa pendekatan yang berbeda dalam transisi kekuasaan Jokowi, dengan gaya yang lebih muda dan tanpa perlu melakukan intimidasi dan tanpa ada bullying.Â
Jika PSI dapat menjalani proses politik tanpa terlibat dalam intimidasi, maka hal ini akan menjadi tanda positif bahwa orang-orang muda seperti Kaesang layak diapresiasi karena membawa semangat baru yang mengubah pandangan generasi muda Indonesia tentang politik yang harus dihormati, bukan dicemooh atau dicela.
Suksesi kepemimpinan harus didasarkan pada optimisme yang terkait dengan Pancasila dan UUD 1945. Periode transisi adalah saat yang sulit, tetapi juga merupakan peluang untuk membuat perubahan positif.Â
Keberadaan sekelompok orang yang berani menyatakan "Kami adalah partai anti intimidasi dan anti bullying" selama masa transisi politik dapat menjadi hal yang sangat berharga bagi negara ini.Â
Mungkinkah ini akan datang dari PSI? Politik Indonesia selama ini selalu diwarnai oleh intimidasi dan bullying bahkan selama suksesi dan transisi kekuasaan.
Dalam konteks ini, saya menantang Kaesang untuk melihat apakah ia dapat memimpin generasi muda Indonesia sebagai generasi yang menentang intimidasi dan bullying?Â
Apakah PSI dapat merekrut lebih banyak generasi muda yang tidak takut terlibat dalam politik?
Salam berbagi, Ino 28.09.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H