Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Demokrat Tersingkir Setelah Anies Baswedan Bertemu Cak Imin

9 September 2023   21:47 Diperbarui: 9 September 2023   21:51 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrat tersingkir setelah Anies Baswedan bertemu Cak Imin| Dokumen diambil dari: deli.suara.com

Acak-acak figur itu sangat penting untuk melihat seperti apa elektabilitas figur Capres seperti Anies Baswedan. Cak Imin bisa saja menjadi pasangan ideal Anies di pilpres 2024 nanti.

Tebaran isu duet pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin saat ini sedang ramai dibicarakan di kalangan rakyat. Sorotan informasi terkait pasangan pendamping Anies itu menuai aneka komentar dan perspektif.

Perspektif yang positif saat ini tentu saja bermunculan karena keberanian Anies Baswedan meminang Cak Imin untuk dalam lingkaran konstelasi di Pilpres 2024 nanti.

Tulisan ini menyoroti langkah bijak Anies Baswedan dalam percaturan politik Pilpres 2024 yang disertai dengan awasan karena drama politik yang sangat labil dan penuh dinamika.

1. Langkah Acak-acak pasangan Wakil Presiden

Langkah Anies Baswedan tampak sangat hati-hati karena berkaca pada survei elektabilitas yang sedang berlangsung saat ini.

Sekalipun rumor publik bahwa pada awalnya Anies ingin bergandengan dengan Demokrat dengan andalan figurnya AHY, tampaknya itu hanya menjadi langkah acak-acakan untuk membaca reaksi massa.

Anies sudah menyaksikan sendiri berapa porsi elektabilitasnya ketika coba bermimpi bersama AHY, ternyata elektabilitas Anies mentok hanya dengan angka 26,92 % dari sembilan nama lainnya. Angka itu ternyata menjadi angka tertinggi selama ini.

Versi databoks itu tentu saja menjadi satu acuan untuk melihat bagaimana kenaikan elektabilitas Anies. Uniknya bahwa Kompas menyajikan hasil survei dengan elektabilitas Anies yang berbeda hanya dengan angka 12, 7 %. 

Perbedaan yang sangat besar lembaga yang melakukan survei dan hasil ini menjadikan dinamika prekdiksi elektabilitas itu bermcam-macam.

Sangat mungkin bahwa pada September ini elektabilitas Anies akan menjadi naik secara drastis, jika saja figur Cak Imin dari PKB memang didukung oleh seluruh anggota PKB.

2. Langkah pinang paratai non-Parlemen

Tampaknya bahwa Anies akan berani menggandeng partai non-parlement untuk mendukung koalisi Nasdem dan PKB. Apakah parati non-parlemen bisa menyatukan perspektif untuk mendukung Anies dan Cak Imin?

Potensi koalisi tentu saja selalu ada. Dan jika koalisi itu mengerucut pada dukungan pasangan Anies-Cak Imin, maka nasib mujur akan jatuh pada Anies.

Perhitungan Anies menggandeng PKB tentu saja berkaitan dengan porsi suara yang pernah dimiliki dalam pemilu 2019 sebesar 13, 5 juta.

Kalau dilihat jumlah itu akan diperbanyak dengan suara pendukung dari partai Nasdem yang pada pemilu 2019 memperoleh suara 12,66 juta suara.

Bisa dibayangkan kalau seandainya lobi pinang Anies berhasil meminang partai non-parlemen, maka sangat mungkin kekuatan Anies akan sangat meyakinkan menjadi calon kuat sebagai orang nomor satu Indonesia.

Meskipun demikian, perlu diwaspadai bahwa proses pemilu dengan asas kebebasan dalam proses pemilihan ini akhirnya menimbulkan tanda tanya karena beberapa alasan:

Pertama, komitmen setia anggota pada pimpinan partai kadang bisa berbanding terbalik karena permainan politik.

Kedua, loyalitas anggota kadang tidak bisa diukur dengan suara-suara yang muncul pada saat kampanye politik.

Ketiga, anggota bisa saja punya pilihan lain karena ketidakpuasan tertentu (Unzufrieden) dengan figur partai tertentu.

Keempat, dilema money politic atau politik uang akan menjadi momok yang sangat menyakitkan karena elektabilitas pada saat survei bisa berbanding terbaik dengan kenyataan pada saat pemilihan nanti.

Oleh karena prediksi dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja di luar pantauan petugas partai, maka pada calon pilpres dan cawapres mesti punya beberapa hal ini:

1. Tim pemenangan yang  bisa berkerja secara terpercaya dengan dukungan kredibilitas moral yang baik

2. Pembuktian kerja nyata yang bisa diperlihatkan secara digital

3. Konsistensi ucapan dan janji dari figur politik 

4. Gagasan kebangsaan yang tetap berlandaskan pada UUD 1945 dan Dasar Negara kita Pancasila

5. Kecerdasan hati yang bisa ditunjukan oleh calon pemimpin kepada publik atau rakyat Indonesia tanpa terkesan sekedar drama belas kassihan kepada rakyat.

Peluang dan kemungkinan yang sangat menguntungkan Anies bisa dibuktikan dalam survei elektabilitas sampai pada Oktober nanti. Jika saja pasangan Anies dan Cak Imin itu bis menaikan elektabilitas Anies sampai dengan 10 %, maka rupanya pasangan Anies -Imin adalah pasangan sejati untuk bangsa ini.

Jika memang terjadi seperti itu, maka partai Demokrat tentu saja akan minum kopi pahit seakan disingkirkan Anies. Gandengan  Anies dan AHY selama ini hanyalah drama eforia semata yang tentu saja sangat menyakitkan AHY dan Demokrat.

Demikian beberapa poin analisis yang bisa membantu terbukanya perspektif baru terkait gebrakan politik untuk kemajuan bangsa dan negara ini. 

Apa pun dan siapa pun dia, mereka semua tentu saja orang Indonesia yang berjuang untuk kemajuan bangsa ini. 

Salam berbagi, Ino, 3. 9.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun