Kekuatan partai non-parlemen akan memiliki dampak signifikan pada Pilpres 2024 jika mereka memilih arah koalisi yang bijak dan menjanjikan |Ino SigazeÂ
Pilpres 2024 semakin mendekat, dan polemik seputar koalisi partai terus berlanjut, dengan masing-masing partai, termasuk partai non-parlemen, memiliki kebebasan untuk memilih jalur politiknya.
Sejauh ini, tampaknya kemungkinan adanya koalisi tidak hanya akan memengaruhi perhitungan kursi di Pilpres nanti, tetapi juga akan mempengaruhi peran yang akan dimainkan oleh partai-partai tersebut.Â
Tulisan ini mencoba untuk menyoroti posisi strategis yang dimiliki oleh partai non-parlemen dan potensi yang menjadi rebutan oleh partai-parit parlemen lainnya.
Mengapa Partai Non-Parlemen Memiliki Posisi Strategis di Pilpres 2024:
1. Partai non-parlemen dapat membentuk arus koalisi baru.
Koalisi partai non-parlemen akan sangat menentukan arah politik dalam Pilpres 2024. Gabungan dari lima partai non-parlemen akan menjadi kekuatan yang tidak boleh dianggap remeh lagi.
2. Saat ini, ada lima partai non-parlemen yang belum menunjukkan orientasi koalisi mereka, kecuali Hanura yang secara jelas mendukung Ganjar Pranowo.
3. Suara yang diperoleh oleh partai non-parlemen pada tahun 2019 perlu diperhitungkan ulang: Partai Garuda (0,52%), Partai Perindo (2,68%), PSI (1,89%), Hanura (1,56%), dan PBB (0,79%).Â
Jika prediksi koalisi partai non-parlemen terwujud, mereka akan memiliki dukungan sebesar 7,44% dari basis partai non-parlemen, sebuah angka yang signifikan.
4. Koalisi partai non-parlemen akan dapat menyaingi kekuatan satu partai parlemen, seperti Partai Demokrat pada Pilpres 2019.Â
Bahkan, kekuatan ini sudah lebih besar daripada partai PAN yang hanya memperoleh 6,84% suara, dan PPP yang mendapatkan 4,52% suara pada saat itu.Â