Pada titik itulah, sebenarnya ada generasi yang kritis di tengah riuhnya politik tanah air saat ini. Generasi tersebut tidak hanya mengkritisi, tetapi juga mengedukasi dengan mengangkat nilai-nilai kebenaran ke publik.
Kekuatan netizen
Koalisi tidak dapat lepas dari tafsiran dan komentar netizen yang bertebaran di media sosial. Penduduk Indonesia termasuk kelompok yang gemar menjadikan diri mereka netizen yang tidak pernah lelah menunjukkan kekuatannya.
Saya terkadang heran, setiap kali ada postingan terkait calon presiden, netizen mulai memberikan komentar dan membagikan postingan tersebut.
Fenomena ini menarik karena memperlihatkan kenyataan kebebasan demokrasi di Indonesia dan lebih dari itu, kebebasan memberikan pendapat mereka.
Hingga saat ini, berdasarkan pengamatan dan analisis pribadi, hal tersebut masih terlihat normal dan santun. Jika netizen bersikap ramah, maka sebenarnya kualitas politik Indonesia menjadi lebih baik.
Gejolak konstruktif tersebut perlu ditampilkan kepada publik dan tidak perlu mengulang cerita masa lalu dengan menggunakan stempel dan simbol-simbol yang merendahkan martabat kemanusiaan.
Jika netizen menggunakan kekuatan konstruktifnya, maka atmosfer persaudaraan, solidaritas, kekeluargaan, dan toleransi akan semakin terlihat.
Jika hal itu dapat tercapai, maka pesta Demokrasi kita akan membawa perubahan kepada negeri ini dengan kualitas anak bangsa yang lebih berkualitas dan bermartabat.
Salam berbagi, Ino, 6 Juli 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H