Sampah bukan hanya menjijikan, tetapi juga dapat membahayakan lingkungan dan alam. Namun, mengapa belum menjadi tema pembahasan yang hangat hingga ke tingkat desa?
Koreksi budaya dalam hal ini sangat penting, karena kita tidak boleh diam terhadap fakta bahwa sampah terus melimpah dari hari ke hari.
Apakah mungkin kita memiliki kesadaran yang sama seperti orang-orang di Eropa, di mana setiap rumah memiliki kantong sampah sendiri dan di luar rumah mereka terdapat tempat sampah yang dikumpulkan oleh petugas sampah seminggu sekali?
Bayangkan jumlah penduduk Indonesia dan berapa banyak sampah yang dihasilkan setiap hari. Rasanya menakutkan, karena saat ini pemerintah kita belum serius memandang masalah ini sebagai potensi bahaya bagi kesehatan dan lingkungan kita.
Tentu saja, bukan hanya sebagai potensi bahaya, tetapi juga sebagai peluang untuk mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang khusus.
Saya teringat di salah satu kota di Flores, misalnya, ada tempat pembuangan sampah kota. Meskipun tempat itu jauh dari kota, sampah-sampah tersebut tetap dibiarkan begitu saja dan akhirnya dibakar. Apakah cara tersebut efektif dan sehat?
Sungguh menyeramkan ketika melewati daerah pembuangan sampah dan mencium bau busuk yang sangat menusuk dan mengerikan.
Generasi muda memiliki tanggung jawab untuk menemukan cara pengolahan sampah yang kreatif dan sehat.
Penulis tidak menyalahkan siapa pun terkait masalah sampah di Indonesia, terutama terkait dengan pilihan pembakaran sampah. Hal ini disebabkan karena dalam ruang pendidikan secara umum di Indonesia, bagian tentang pendidikan yang meningkatkan kesadaran tentang sampah, dampaknya, dan cara pengelolaannya masih sangat sedikit.
Bagaimana ke depannya? Apakah ada proyek persampahan?
Langkah penyuluhan dan motivasi bagi seluruh masyarakat Indonesia tentu saja merupakan langkah yang efektif. Edukasi tentang sampah dan kesehatan sangat penting dan harus dimulai dari rumah masing-masing.