Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampah dan Koreksi Budaya, Kejijikan yang Tetap Diterima?

27 Juni 2023   04:06 Diperbarui: 27 Juni 2023   05:12 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sampah tidak harus dibiarkan dan didiamkan karena terlalu menjijikan, tetapi perlu dibicarakan dan dikelola hingga menyerap tenaga kerja. Mampukah Indonesia?" - Ino Sigaze

Sampah termasuk isu penting yang jarang dikedepankan oleh banyak orang. Jauh dari sorotan sebagai bahan kajian, itu bukan berarti tidak penting, tetapi lebih merupakan kelengahan yang memprihatinkan.

Sampah sebenarnya memiliki sejarah sendiri yang tidak pernah terpisahkan dari sejarah manusia itu sendiri.

Manusia bahkan tidak bisa menyangkal bahwa manusia-lah penghasil sampah yang dapat mendatangkan bencana bagi lingkungan dan dirinya sendiri.

Tulisan ini menyoroti secara khusus wawasan tentang kesehatan, sampah, dan koreksi budaya. Bagi penulis, ketiganya memiliki kaitan erat. Berikut ini beberapa sorotan gagasan terkait:

Wawasan tentang kesehatan

Sejumlah besar masyarakat Indonesia belum memiliki kesadaran yang sama tentang betapa pentingnya kesehatan secara umum. Kesehatan yang saya maksudkan di sini bukan hanya kesehatan diri manusia, tetapi juga kesehatan lingkungan dan alam kehidupan.

Sebagai bukti dari pernyataan di atas, bisa ditemukan bahwa tidak semua sampah di kota-kota dapat diatur dengan baik. Kita belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang dapat dikendalikan oleh satu dinas, serupa dinas persampahan.

Oleh karena minimnya wawasan itu, maka keputusan untuk pengendalian sampah lebih diserahkan kepada keputusan masing-masing orang.

Dampak dari keputusan itu adalah masyarakat bingung mau membuang kemana sampah dari rumah mereka. Oleh karena tidak tahu bagaimana seharusnya dibuang dan dampak-dampaknya, maka cenderung tanpa berpikir bijak orang mengambil jalan pintas dengan cara membakarnya.

Membakar sampah dari rumah, apakah sehat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun