Saya juga pernah mengalami pengalaman seperti itu. Kami dapat makan bersama di rumah saudara yang beragama berbeda.Â
Salah satu peran yang sangat penting yang harus dijelaskan oleh orangtua adalah bahwa setiap agama memiliki kebenarannya sendiri dan Tuhan kita semua hanya satu.
Apakah orangtua dapat mengajarkan nilai-nilai ketuhanan itu dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anak mereka?Â
Persoalannya, jika orangtua itu sendiri tidak memahami nilai-nilai Pancasila, maka yang diajarkan kepada anak-anak mungkin hanya larangan seperti jangan ini dan itu karena haram, najis, dan sebagainya.
2. Guru di sekolah dan nilai keadilan
Peran penting dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak tentu saja dimiliki oleh guru-guru di sekolah. Potensi peran guru dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila sangat strategis.
Guru tentu saja dianggap lebih memahami tentang Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Saya teringat akan guru-guru zaman dulu yang memiliki spesialisasi bidang pengajaran yang jelas dan tegas.
Ada guru agama, guru matematika, guru pendidikan moral Pancasila (PMP), dan lain sebagainya. Keuntungan dari spesialisasi dalam bidang pengajaran ini tentu saja terkait dengan penguasaan materi pendidikan.
Tanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila secara definitif menjadi tanggung jawab guru PMP, namun konsep umumnya adalah bahwa semua guru memiliki pemahaman yang baik tentang pendidikan moral.
Oleh karena itu, peran guru tidak dapat diragukan lagi dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila. Secara umum, orang mengenal istilah "pembinaan".
Momen pembinaan ini hampir setiap pagi terjadi, di mana guru-guru memberikan pengarahan dan penekanan terkait nilai-nilai Pancasila, baik di depan kelas maupun dalam ruang kelas.
Itu adalah pengalaman saya ketika duduk di sekolah dasar (SD) dulu. Bahkan, guru-guru saya dengan tegas menyatakan bahwa di sekolah tidak ada perbedaan status, apakah anak guru, anak petani, dan sebagainya, semuanya sama.