Satu jenis permainan yang hemat saya lucu tapi juga paling menarik adalah pada stan mancing boneka. Di dalam rumah kaca itu telah tersedia ratusan boneka yang bagus-bagus dengan ukuran berbeda-beda.Â
Ada pula mesin yang diatur untuk mengangkat boneka pilihan kita. Cuma, sebelum kita diberikan kesempatan untuk memilih boneka yang bisa dimasukan ke dalam kotak haknya kita, orang harus memasukan uang minimal 1 euro.
Ada ragam pilihannya dengan harga yang berbeda-beda: 1 euro hanya punya kesempatan satu kali mancing. Jika memasukan 5 euro, maka orang berhak 6 kali mancing. Orang bisa saja masukan uang 10 euro dengan kesempatan mancing sebanyak 13 kali.Â
Sedangkan bagi mereka yang berani memasukan 20 euro, akan diberikan kesempatan mancing sebanyak 27 kali. Pengalaman seorang anak yang coba memancing dengan uang 1 euro.
Dengan 1 euro ternyata boneka pilihannya nyaris masuk ke dalam kotak hadiah. Dari posisi itulah, anak itu merasa bahwa dia hampir memperoleh kesempatan beruntung.
Oleh karena pikiran itulah, ia meminta lagi 1 euro pada ibunya. Ternyata belum juga berhasil. Ia meminta lagi uang pada ayahnya 1 euro lagi. Ternyata juga belum berhasil.
Ia meminta lagi dan lagi. Nah, tanpa disadari permainan mancing itu telah menaikan tensi ketergantungan anak dalam waktu singkat. Dalam bahasa Jerman disebut dengan süchtig.Â
Pada keadaan süchtig, sebenarnya manusia itu sendiri telah menjadi boneka dari keinginannya sendiri.Â
Dalam süchtig, manusia tidak bisa lagi mengendalikan keinginannya, sebagai akibatnya mesin ciptaannya sendiri akan menghisap uangnya.
Pesannya: Hidup itu harus punya prinsip dan ketegasan. Orang bisa saja bermain mancing boneka, tetapi dengan keputusan tertentu dan tidak boleh terbawa keinginan. Misalnya, pada prinsipnya hanya sekali mancing saja.
Dari permainan itu, dapat dilihat seberapa besar ruang kompromi dalam diri kita sendiri. Memaafkan dan menjadi lunak dengan diri sendiri itu paling mudah dari harus berkompromi dan memaafkan orang lain.