Logika sederhananya seperti ini, jika mereka yang nama disebut itu bahagia dan bangga, maka demikian juga mereka yang tidak disebutkan nama mereka pasti ada rasa kecewa dan menjadi kecut hati.
Atas dasar pertimbangan itulah, sebenarnya menjaga kepercayaan diri perempuan penulis itu sangat penting. Bagi saya untuk menjadi perempuan penulis yang percaya diri menulis itu sudah tidak mudah.Â
Nah, coba bayangkan kalau seandainya dia sudah lama menulis, lalu namanya tidak disebut, betapa kecewanya diri ini.Â
Jiwa keibuan Kartini tentu menginspirasi kita untuk saling menghargai perasaan perempuan entah apapun kualitas mereka.
Sudah lama menulis atau baru saja menulis, menulis singkat saja atau menulis panjang, menulis opini atau fiksi, semuanya adalah penulis perempuan yang sudah berani mengubah apa yang dipikirkannya ke dalam tutur yang bisa dibaca publik.
Saya bangga kalau Kompasiana itu telah menjadi rumah yang "menganakcucukan Kartini dengan ciri sebagai penulis". Jadi, bukan cuma satu sosok dalam hal ini. Sejumlah perempuan yang menulis di Kompasiana, mereka itulah Kartini yang kekinian.
3. Mengontrol "baper" untuk mendukung perempuan penulis di Kompasiana
Kemungkinan sosok pilihan dari penulis pria kompasiana akan berdampak pertanyaan tentang ada apa antara mereka? Kenapa dia kok milih penulis itu seh? Rupanya mereka berada di satu komunitas, dan lain sebagainya.
Nah, dari pengamatan seperti itulah, saya lebih memilih kagum dengan penulis perempuan yang berusaha menulis tentang sesama penulis perempuan di Kompasiana tanpa menyebut dirinya juga sebagai sosok penulis berjiwa Kartini.
Bagi saya, penulis seperti itu sudah memahami dengan lebih dalam jiwa keibuan dari seorang Ibu kita Kartini. Saya kagum dengan penulis seperti itu.
4. Menghindari kecenderungan  abstraksi sosok perempuan penulis
Kecenderungan membuat abstraksi sosok itu bisa saja berdampak pada mengeliminir kemampuan dan perjuangan perempuan lainnya, yang tidak disebut namanya.
Sosok Kartini itu bukan saja soal usia lamanya menulis, bukan pula semata-mata kualitas hidup dan kualitas tulisan, tapi juga soal emansipasi wanita yang terbuka memberi perempuan kesempatan untuk bekerja dan belajar (bdk. iainmadura.ac.id).