Senja tidak pernah enggan bersembunyi wajah. Tidak peduli mendung, kabut dan awan, kehadirannya pasti dilihat penyuka senja.
Kadang bersembunyi di balik bangunan megah, tinggi menjulang.Â
Senja tetap bersemi di barat. Samar-samar wajahnya di antara pohon cemara dan bangunan di tengah kota.
Rona merah jingga menyeruak rupa dan nama senja.
Kenapa pagi diberi nama fajar dan menjelang malam disebutnya senja? Keduanya seperti pengantin muda.Â
Berpantun ketika bangun dari bibir sang pria Fajar yang bergetar.
Menyelinap dalam riuh rendahnya dunia dalam perpaduan rotasi perubahan yang terus menyeret ke barat, entah kenapa tiba-tiba sang Pria itu berubah jenis jadi gadis bernama Senja.
Matahari kenapa berubah rupa? Kenapa cahayamu di Timur disebut Fajar? Mengapa cahaya redupmu di barat disebut secara berbeda, bahwa kamu adalah Senja?
Ini benar-benar misteri cinta, paginya bercahayakan Fajar dan sore menampilkan wajah sang Senja yang menunggu disapa sebelum berbuka puasa Ramadan.
Puasa dengan cinta memberimu cahaya ramah pada manusia dan alam.
Puasa dengan iman memberimu selamat di hari kelak.
Puasa dengan harapan memberimu hati yang sabar dan tawakal.
Salam berbagi, ino, 18.04.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H