2. Dalam pengertian kedua tentu saja sangat sentral. Indonesia perlu menyadari diri bahwa dirinya adalah satu tim. Tim yang menyambut lawan kompetisi.
Makna dari pemahaman ini tentu saja memberikan sinyal kepada Indonesia untuk bertanya diri, seberapa kuatkah Indonesia sebagai satu tim?
Seberapa kompak Indonesia sebagai satu tim? Dalam tutur yang lebih tepat dengan konteks kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia sebenarnya ada pertanyaan tentang bagaimana kualitas kesatuan, keutuhan bangsa ini.
Dalam arti ini sebenarnya makna kedua di atas jelas-jelas lebih mengarah kepada mekanisme pertahanan dan perlawanan dan pertarungan di ruang kompetisi di Asean pertama-tama dan global untuk selanjutnya.
Bagaimana pertahanan dan keamanan bangsa ini?
Menjadi tuan rumah bukan saja soal kita menunjukkan pancaran kebaikan hati kita yang tercurah dalam pelayanan dan keramahtamahan dan senyum lebar saja, tetapi soal jaminan keamanan untuk diri kita sendiri dan keamanan tamu-tamu kita.
Tamu dalam konteks pengertian makna kata Gastgeber itu tidak hanya sebatas tamu yang kita miliki, tetapi adalah juga lawan kompetisi kita.
Kompetisi dalam arti sebenarnya bukanlah perang persenjataan dengan negara tetangga di Asean, tetapi bentuk-bentuk kripto kolonialisme yang masih saja terjadi hingga sekarang ini.
Kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya, kita bisa sebut saja kasus seperti kejahatan perbudakan manusia dan perdagangan orang di Batam. Belum lagi terkait tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia dan lain sebagainya.
Singkatnya sistem pertahanan dan keamanan bangsa tetap harus menjadi prioritas persiapan kita, bukan cuma untuk mewaspadai gangguan dari lawan kompetisi kita, tetapi juga untuk keutuhan bangsa kita sendiri di dalam.
Apa artinya hiposentrum dalam konteks Indonesia sebagai tuan rumah KTT Asean?
Kedalaman makna kata hiposentrum ini bukan cuma dalam konteks Indonesia sebagai tuan rumah KTT Asean sekarang, tetapi untuk konteks posisi ekonomi, sosial, pendidikan, politik secara global.