Goncangan dan dampak kerusakan pasti sangat besar, jika posisi manusia dan bangunan berada pada satu garis lurus. Perlu dipahami bahwa gejolak yang dialami di permukaan itu merupakan dampak dari kenyataan yang terjadi pada hiposentrum.
Logikanya sederhana, jika pada hiposentrum terjadi guncangan yang besar, maka pada episentrum juga akan memiliki dampak yang besar.Â
Semakin jauh dari episentrum dan hiposentrum, maka pengaruh dan dampaknya akan menjadi semakin kecil. Nah, sekarang kita perlu mencermati episentrum dan hiposentrum itu ke dalam konteks Indonesia.
Indonesia sebagai tuan rumah - Gastgeber
Tulisan ini fokus ke Indonesia karena sorotan mata Asean sekarang ke Indonesia. Ya, Indonesia menjadi tuan rumah atau dalam sebutan orang Jerman-Indonesia sebagai Gastgeber.
Istilah tuan rumah KTT Asean, tidak boleh dianggap biasa. Hal ini karena bukan hanya bahwa Indonesia itu sebagai negara yang punya rumah dan bisa menerima tamu-tamu lainnya.
Oleh karena itu, saya coba memahami tuan rumah dalam bahasa Jerman, supaya makna dari Indonesia menjadi tuan semakin dipertajam.
Tuan rumah atau Gastgeber dalam pengertian konteks bahasa Jerman bisa dimengerti dalam dua arti: Pertama, tuan rumah adalah seseorang yang memiliki seseorang lain sebagai tamu. Kedua, tuan rumah itu sebagai satu tim yang menyambut lawan di lapangan (kompetisi) mereka sendiri di depan penonton mereka sendiri.
Dari konteks pemahaman bahasa Jerman itu sekurang-kurangnya ada beberapa gambaran yang perlu diperhatikan oleh Indonesia:
1. Dalam pengertian yang pertama tentu saja yang paling dibutuhkan tentu saja soal pelayanan dan perhatian kita kepada para tamu.
Dalam konteks pelayanan itu sebenarnya sangat dekat dengan soal keramahtamahan, toleransi, adat istiadat dan kebiasaan, kebijaksanaan lokal dan lain sebagainya.