Kesadaran lain yang terus mendekati saya adalah bahwa saya tidak puas dengan apa kata orang tentang keindahan setangkai bunga yang tanpa namanya.
Oleh karena itu, saya sendiri perlu menulisnya. Ya, menulis tentang perjumpaan dengan bunga di taman pada suatu pagi di bulan April 2023.
Apakah saya harus pantang melihat keindahan?Â
Apakah berdosa melihat bunga yang indah di taman?
Bukankah keindahan bunga-bunga di taman itu akan menjadi pancaran dari kemuliaan Penciptanya?
Tidak sedikit orang yang melarang dan bahkan menganggap itu dosa kalau di bulan puasa melihat bunga-bunga yang indah. Aneh bukan?
Maaf jangan lupa, saya menulis ini dari ruang imajinasi yang sedang digoda oleh keindahan.
Ingin sekali berdiri lama bersama bunga-bunga yang sedang mekar itu. Namun, kata hati ini sungguh menantang, "Kamu boleh menulis tentangnya, tapi kamu tidak boleh memetik dan membawanya".
Duh... andaikan menjadi buta mungkin saja godaan keindahan itu tidak datang. Jika aku buta, maka saya tidak tahu apa itu warna merah, kuning dan putih bunga-bunga di taman itu.
Andaikan buta, maka imajinasi tidak mungkin terjepit oleh godaan keindahan.
Mata saya tidak hanya terpaut pada warna putih yang cerah dan menawan, sejuk dan teduh itu, kali ini ada penampakan bunga kuning yang menyerupai piala.
Wajah dan posturnya menyeret jauh imajinasiku ke dunia kehidupan yang selalu menjadi pegangan saya. Ah, kenapa bunga kuning itu serupa piala.Â