Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Alpha Female antara Perempuan Flores dan Diaspora Jerman

10 Maret 2023   03:27 Diperbarui: 11 Maret 2023   08:40 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para ibu di Flores sedang menganyam lontar, di Rumah Anyam DuAnyam Wulublolong, Flores TImur, NTT, Jumat (12/10/2018).| KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA

Alpha female tidak hanya muncul di kalangan kaum perempuan berpendidikan, tetapi latar belakang budaya sangat memengaruhi perempuan menjadi alpha female | Ino Sigaze.

Sorotan tema tentang alpha female memang menarik untuk dikaji lebih lagi tidak hanya dalam konteks wanita karier, tetapi juga dalam konteks budaya.

Fokus dari tulisan ini ada pada hubungan alpha female yang lahir dari konsep budaya Flores dan budaya masyarakat diaspora di Jerman dalam hubungannya dengan pendidikan anak dan peran keterlibatan mereka dalam konteks budaya. 

Gambaran umum tentang perempuan Flores di tengah relung zaman

Alpha female antara perempuan Flores dan diaspora Jerman | Dokumen diambil dari kebenaran.wordpress.com
Alpha female antara perempuan Flores dan diaspora Jerman | Dokumen diambil dari kebenaran.wordpress.com

Perempuan Flores, Indonesia umumnya memiliki karakter yang kuat dan dikenal dengan kerja keras. Ya, perempuan Flores juga punya sebutan sebagai pelindung keluarga. 

Mereka memainkan peran penting dalam menjaga tradisi budaya dan adat istiadat di sana.

Secara tradisional, perempuan di Flores sangat dekat dengan pertanian dan menghabiskan banyak waktu untuk menanam dan memanen hasil pertanian. 

Selain itu, perempuan Flores juga dikenal karena memiliki keahlian dalam menenun dan pembuatan tekstil tradisional, yang tentu saja punya peran sangat penting dalam pewarisan budaya dan adat istiadat di Flores.

Di banyak institusi, baik itu institusi formal pemerintah, maupun institusi religius di Flores, perempuan aktif dalam pembangunan masyarakat dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, seni dan keagamaan. 

Perempuan dihormati secara khusus karena memainkan peran penting dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka. Oleh karena itu, perempuan Flores bangga dengan eksistensi mereka.

Kreativitas perempuan Flores | Dokumen pribadi oleh Henie.
Kreativitas perempuan Flores | Dokumen pribadi oleh Henie.

Alpha female dan filosofi sebutan perempuan Flores "Fai wazu ana azo "

Sejak tahun 1980-an sebagian besar kaum pria Flores punya pilihan merantau di Malaysia. Tidak sedikit dari kenyataan perantauan yang bernasib buruk, baik itu meninggal di Malaysia, maupun juga yang menikah dengan perempuan lain dan meninggalkan istri mereka di kampung.

Kenyataan itu menjadikan sang istri tidak punya pilihan lain, kecuali belajar menjadi tegar, membangun karakter kuat dan tegas dalam pilihan melanjutkan bahtera hidup rumah tangganya.

Oleh karena itu, masyarakat Ende, Flores misalnya mengenal ungkapan "Fai wazu ana azo atau dalam dialek Ende Lio "Fai walu ana halo."

Ungkapan itu secara otomatis berlaku untuk setiap ibu yang suaminya meninggal dan/atau yang menghilang begitu saja di Malaysia, tidak kembali tanpa kontak komunikasi.

Kategori sosial dalam masyarakat Ende, Flores mengenal ungkapan "Fai wazu ana azo" sebagai status "kurang mampu." Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa kehilangan seorang suami atau ayah bagi anak-anak umumnya terasa seperti sebelah sayap itu patah.

Ya, kenyataan yang dirasakan memang seperti itu pada awalnya, namun dalam perjalanan waktu, sang ibu akan otomatis menjadi seorang yang mandiri, punya karakter yang kuat, bahkan dominan dan tegar. 

Kenyataan budaya yang keras dengan sistem adat yang kuat dipengaruhi oleh gengsi dan rasa malu, telah melahirkan alpha female dalam urusan pendidikan.

Perempuan Flores dalam pentas seni budaya | Dokumen diambil dari netralnews.com
Perempuan Flores dalam pentas seni budaya | Dokumen diambil dari netralnews.com

Ketegasan ibu alpha female dalam urusan pendidikan anak-anak mereka

Ada beberapa orang yang saya kenal, bahkan dari kalangan keluarga saya sendiri. Ibu alpha female menempatkan pendidikan anak-anak mereka sebagai prioritas utama.

Urusan anak adalah urusan prioritas. Dan urusan pendidikan anak mereka tidak bisa lebih penting dari urusan kesenangan adat lainnya. 

Dari Ibu alpha female sudah pasti jarang terdengar keluhan dari mulut mereka tentang lelahnya duduk seharian di pasar, cuma untuk menjual nasi bungkus dan sayur-sayuran.

Saya masih ingat seorang ibu di pasar Senggol Ende, yang ditinggal suaminya pada tahun 1990. Sekalipun ia menerima tunjangan bulanan dari gaji suaminya, ia tetap saja berjuang menjual sesuatu di pasar seharian.

Nah, kalau ditanya mengapa seperti itu? Semua itu dilakukannya untuk pendidikan anaknya. Pesan yang penting biasanya terdengar bahwa mereka melakukan itu supaya anak mereka menjadi lebih baik dari apa yang mereka alami saat ini.

Tidak heran anak-anak mereka kebanyakan meraih gelar sarjana, bahkan ada yang menjadi dosen. Dari kenyataan itu, muncullah ungkapan seperti ini, Fai wazu ana azo, tapi umu zewa, muri pawe, ana mbaze rake atau sekalipun tertinggal seperti seorang janda, tapi bisa bertahan hidup, sehat dan anak-anak "bisa menjadi orang."

Alpha female dalam konteks diaspora di Jerman

Konteks ketegasan terhadap pendidikan anak, juga ditemukan dalam narasi kehidupan orang-orang Indonesia diaspora di Frankfurt, Jerman.

Perempuan diaspora Indonesia di Jerman adalah kelompok yang beragam karena mereka tinggal menyebar di hampir semua kota di Jerman. 

Di Jerman terdapat komunitas Indonesia yang cukup besar terdiri dari mahasiswa, pekerja dan yang sudah berkeluarga.

Beberapa perempuan Indonesia di Jerman hidup lama di Jerman karena studi atau pekerjaan mereka dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 

Mereka seringkali terintegrasi dengan baik ke dalam masyarakat Jerman dan memiliki akses ke berbagai sumber daya seperti pendidikan, kebudayaan, seni dan pekerjaan dan minat-minat olahraga lainnya. 

Patut dikagumi bahwa perempuan Indonesia di Jerman umumnya mandiri dan pandai menyeimbangkan karier dan kehidupan pribadi mereka serta kehidupan keluarga dan pendidikan anak-anak mereka.

Saya mengenal beberapa orang ibu yang pantas disebut alpha female. Banyak sekali event kegiatan di KJRI Frankfurt, di Berlin dan pameran budaya di beberapa kota lainnya yang selalu melibatkan perempuan Indonesia.

Tidak hanya itu bahwa beberapa perempuan itu mampu bekerja sama dengan pemerintah Jerman dan mengorganisir event-event penting semuanya dengan sangat baik. 

Mereka punya perusahan sendiri dengan basis promosi budaya dan peradaban Indonesia. Mereka punya anak dan punya begitu banyak kegiatan dan undangan.

Akan tetapi, urusan yang berkaitan dengan anak-anak mereka selalu ditempatkan sebagai urusan prioritas. Bahkan anak-anak mereka bisa disekolahkan di sekolah internasional dengan memiliki sejumlah kemampuan khusus.

Bisa berbicara beberapa bahasa, punya keterampilan musik dan olahraga. Ya, seorang ibu ternyata bisa memanage itu semua. Coba bayangkan punya tiga perusahan, banyak sekali urusan dan kegiatannya, tapi tegas dalam sikap dan tindakannya. 

Ciri-ciri alpha female dalam konteks diaspora

Perempuan alpha female menurut saya sudah pasti perempuan tegas, mandiri, dan punya visi yang jelas. Saya masih ingat beberapa dari mereka pernah berkumpul bersama dalam satu grup sharing, doa dan baca Kitab Suci sampai 22 kali pertemuan.

Oleh karena kemampuan mereka itu, banyak orang salah menilai. Kebanyakan orang menilai dari penampilan mereka yang dalam momen tertentu terlihat vulgar, tapi jika orang mendengar sharing dan cerita tentang perjuangan mereka, maka orang akan mengerti seperti apa isi hati dan iman mereka.

Bagi saya perempuan alpha female itu adalah perempuan yang tegar, jujur, dan beriman. Mereka bisa menangis ketika menyaksikan sesi perjuangan orang lain yang penuh dengan kesulitan dan air mata.

Tangisan itu bukan berarti bahwa mereka sangat rapuh, tapi itu adalah tangisan solidaritas dengan tetesan bara perjuangan yang tiada tara untuk kehidupan khususnya untuk pendidikan anak-anak mereka.

Perempuan alpha female mampu dengan cepat membangun jaringan bisnis. Dalam waktu setengah jam, perempuan alpha female sudah bisa mendapatkan nomor kontak orang lain yang sedang berbicara dengannya, bahkan ia bisa memperoleh deal untuk pertemuan awal bisnis mereka.

Kehidupan perempuan alpha female sangat cepat menyesuaikan diri dengan budaya orang lain. Mereka tentu saja punya kemampuan bahasa dan cara komunikasi yang bagus.

Salam berbagi, ino, 10.03.2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun