Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Slow Living dan Cara Menulis Kreatif

28 Februari 2023   04:48 Diperbarui: 2 Maret 2023   08:10 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ciptakan slow living yang kreatif, maka ide tulisan Anda akan tetap menarik dan mengalir | Ino Sigaze.

Ternyata hidup itu ada yang namanya titik jenuh. Pada titik itu, saya hanya ingin menarik diri dari kenyataan hidup yang serba cepat, serba direncanakan, serba online, serba penuhi prinsip dengan  resolusi-resolusi. 

Dalam kesadaran penuh sejenak menarik diri dari keramaian hidup dan rentetan artikel setiap hari. Rupanya saat pause itu sama seperti seseorang melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan mobil. 

Pada jarak tertentu orang perlu berhenti sejenak menarik nafas, menggerakan bahu, melihat-lihat pemandangan, menarik sebatang cigarette, menikmati seteguk air, hingga pergi ke toilet. 

Barangkali orang tidak menyadari hal ini, sebenarnya tubuh manusia membutuhkan energi juga, sama seperti mesin mobil yang kepanasan saat berjalan 700 km, demikian juga tubuh manusia lelah, jika berjam-jam duduk dengan mata membelalak tanpa pejam. 

Dalam alur pengalaman keterbatasan manusia seperti itulah, saya melihat bahwa yang namanya slow living itu sangat penting. Hidup santai tidak sama dengan hidup malas. Karena saat orang slow living, orang bisa saja menjadi kreatif. 

Sejak kemarin saya mencoba menulis satu artikel kecil dengan tema yang saya suka maupun tema yang ditawarkan kompasiana, eh ternyata tidak sanggup untuk menyelesaikannya. Alasannya baru beberapa kata terasa kepala sudah lelah.

Kelelahan karena banyak hal seperti pekerjaan, karena rencana masa depan, bahkan karena memikirkan keadaan keluarga dan teman. Semuanya menyatu ke dalam pikiran yang mendatangkan lelah. 

Lalu apa yang mesti saya lakukan? 

Pertama, slow living, tapi kreatif. Cara dan gaya baru ini merupakan langkah eksperimen perdana ketika lelah dan jenuh menghampiri hari-hari ini. 

Sambil duduk pangku kaki, menatap ke jendela luar, lalu menerima kenyataan kendaraan yang lalu lalang tanpa henti. Saya mencoba menulis dengan menggunakan hp. 

Ya, santai banget. Belajar hidup santai tapi saya bisa menulis. Itulah yang bisa saya namakan slow living, tapi kreatif. 

Kedua, santai tapi kreatif itu bisa memupuk idee yang lebih mengalir. 

Cara selanjutnya, berhenti sejenak menulis lalu membaca koran yang ada di depan mata, cuma sekedar mengalihkan perhatian dari fokus yang semakin menjauhkan saya dari posisi santai. 

Tak terduga sorotan mata saya terpaut pada satu kata asing yang baru pertama saya kenal, "diaphanie." Kata "Diaphanie" adalah kata Yunani yang berarti "durchsichtig" atau tembus pandang. 

Perlahan-lahan saya bertanya, kenapa saya harus berjumpa dengan kata "diaphanie." Mungkinkah dalam ke-santaian hidup itu orang bisa melihat kedalaman atau bisa menjadikan orang melihat lebih jauh lagi?

Saya yakin bahwa jawabannya "ya." Ketika saya mulai menulis dengan disposisi batin yang serius, ternyata saya gak bisa menyelesaikannya. 

Rupanya ketegangan itu tidak terlalu menolong orang untuk menjadi lebih kreatif. 

Nah, slow living itu paling cocok buat saya untuk bisa kreatif menulis. Inilah bukti tulisan saat bete, lalu beralih gaya hidup ke slow living, tapi kreatif. 

Ternyata, menulis itu gak harus muka berkerut, dan sesekali jari menopang kening dan dahi. Tapi, orang bisa saja dalam suasana yang lebih santai saat menulis. 

Menulis itu rupanya perlu dalam suasana yang santai. Ya, saya yakin sih, slow living bisa membuat orang lebih kreatif menulis. 

Ketiga, slow living menjadikan mata saya terbuka melihat keunikan di depan mata sendiri. 

Setelah saya berhenti sejenak dengan kata "diaphanie", saya berdiri dan melihat-lihat koran-koran yang tergeletak di lantai, kok tiba-tiba saya suka dengan puisi dari Cäser Flaschen, soalnya judul puisinya ditulis dengan huruf yang sangat besar, ya menggoda mata saya untuk membacanya. 

Aneh ya? Dalam slow living, saya membaca judul "Neu anfangen" dengan debaran hati, meletup kata-kata ini, " wah cocok banget dengan situasi hati saya saat ini." 

Slow living jadi permulaan baru (neu anfangen). 

Kok bisa nyambung sih?  Aneh ya, tapi benar nyata lho. 

Nah, teman-teman penulis, mungkin teman-teman pernah alami dan rasakan seperti situasi bazin saya yang jenuh dan bosan nulis, jangan menyerah ya, tapi coba deh dengan slow living. 

Waduh gak nyangka lho. Mencoba hidup santai dalam beberapa waktu saja, akhirnya bisa menulis lagi. 

Saya bahagia sekali karena hari ini bisa mengatasi kejenuhan menulis dengan gaya hidup santai lalu kreatif membaca tulisan-tulisan yang ada di depan mata atau yang ada di sekitar saya.

Slow living, tapi bisa menulis, warum nicht? Hehehe saya menertawakan kejenuhan yang kapok gara-gara bertemu slow living. 

Jadi, akhir dari tulisan ini, cuma ajakan kecil, ciptakan suasana lebih santai, sehingga pikiran kita benar-benar bebas dari tekanan apapun. Pada puncak dari lepas bebas itu,  ide-ide tulisan akan mengalir begitu hening. 

Salam berbagi, 28.02.2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun