Tak terduga sorotan mata saya terpaut pada satu kata asing yang baru pertama saya kenal, "diaphanie." Kata "Diaphanie" adalah kata Yunani yang berarti "durchsichtig" atau tembus pandang.Â
Perlahan-lahan saya bertanya, kenapa saya harus berjumpa dengan kata "diaphanie." Mungkinkah dalam ke-santaian hidup itu orang bisa melihat kedalaman atau bisa menjadikan orang melihat lebih jauh lagi?
Saya yakin bahwa jawabannya "ya." Ketika saya mulai menulis dengan disposisi batin yang serius, ternyata saya gak bisa menyelesaikannya.Â
Rupanya ketegangan itu tidak terlalu menolong orang untuk menjadi lebih kreatif.Â
Nah, slow living itu paling cocok buat saya untuk bisa kreatif menulis. Inilah bukti tulisan saat bete, lalu beralih gaya hidup ke slow living, tapi kreatif.Â
Ternyata, menulis itu gak harus muka berkerut, dan sesekali jari menopang kening dan dahi. Tapi, orang bisa saja dalam suasana yang lebih santai saat menulis.Â
Menulis itu rupanya perlu dalam suasana yang santai. Ya, saya yakin sih, slow living bisa membuat orang lebih kreatif menulis.Â
Ketiga, slow living menjadikan mata saya terbuka melihat keunikan di depan mata sendiri.Â
Setelah saya berhenti sejenak dengan kata "diaphanie", saya berdiri dan melihat-lihat koran-koran yang tergeletak di lantai, kok tiba-tiba saya suka dengan puisi dari Cäser Flaschen, soalnya judul puisinya ditulis dengan huruf yang sangat besar, ya menggoda mata saya untuk membacanya.Â
Aneh ya? Dalam slow living, saya membaca judul "Neu anfangen" dengan debaran hati, meletup kata-kata ini, " wah cocok banget dengan situasi hati saya saat ini."Â
Slow living jadi permulaan baru (neu anfangen).Â
Kok bisa nyambung sih? Â Aneh ya, tapi benar nyata lho.Â
Nah, teman-teman penulis, mungkin teman-teman pernah alami dan rasakan seperti situasi bazin saya yang jenuh dan bosan nulis, jangan menyerah ya, tapi coba deh dengan slow living.Â