Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

PHK, Saatnya Pulang Kampung dan Mulai dengan 4 Pola Pikir Ini

18 Februari 2023   19:30 Diperbarui: 22 Februari 2023   08:55 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PHK (iStockphoto/Doucefleur via parapuan.co)

Putus Hubungan Kerja (PHK) bukan lagi persoalan baru untuk saat ini, tetapi persoalan PHK bisa datang lagi kapan saja, dengan tantangan baru: mampukah orang keluar dari krisis PHK?

Siapa saja bisa mengatakan bahwa PHK itu persoalan yang tidak pernah selesai, dan jika demikian, maka alternatif gagasan untuk membuka cara pandang supaya orang bangkit setelah PHK tentu saja sangat penting.

PHK itu benar-benar menjadi persoalan secara khusus bagi orang yang tinggal di kota besar dan adalah juga orang asli di kota di mana dia di PHK.

Dalam hal ini saya mau mengatakan bahwa PHK itu belum menjadi sebuah kebuntuan bagi orang-orang yang merantau seperti tinggal dan bekerja di Jakarta.

Mengapa saya masih bersikap optimis seperti itu? Nah, ada 4 cara pandang dan solusinya:

1. PHK, saatnya pulang kampung

Sebagian orang mungkin berpikir, "duh konyol banget ya pulang kampung." Ya, keputusan pulang kampung itu bisa menjadi sangat konyol kalau orang tidak punya ide yang kreatif, bagaimana bisa hidup saat terkena PHK.

Kalau saya melihat, sekonyol-konyolnya pulang kampung tidak akan lebih konyol kalau tinggal di kota besar tanpa punya pekerjaan tetap.

Begini caranya supaya orang tidak melihat PHK itu seperti bintang jatuh dan langit runtuh, di kampung masih ada saja bahan mentah yang bisa diambil secara gratis untuk diolah sebagai bahan makanan.

Tidak hanya itu, rasa persaudaraan dan sosialitas di kampung masih sangat tinggi, jadi di tengah kesulitan orang yang terkena PHK, mungkin masih bisa dapat pertolongan untuk memulai hidup baru atau hidup keluarganya.

Kemudahan-kemudahan yang didapat tanpa harus keluar uang itu hanya mungkin didapat di kampung sendiri. Coba bayangkan sendiri kalau di Jakarta. Katanya kebanyakan orang seperti ini: "Tinggal di kota.... yang tidak bayar itu hanya kentut" Tapi ada juga kan negara yang menuntut bayar kalau ketahuan kentut.

Orang yang tidak punya pekerjaan sebenarnya sudah pasti tidak bisa hidup di kota-kota besar. Atau bisa saja bisa hidup, tetapi kemungkinan hidup di dunia gelap yang penuh bahaya.

Nah, model hidup di dunia gelap yang penuh bahaya itu yang harus dihindari, di kampung masih ada banyak peluang yang aman dan damai bersama dengan alam yang teduh dan indah.

Jadi, jangan putus asa jika terkena PHK, putuskan segera untuk kembali ke kampung halaman. 

2. Jenis usaha apa yang baik untuk orang yang terkena PHK?

Jika keputusan pulang kampung, maka selanjutnya kita pikirkan bagaimana bisa hidup di kampung. Saya melihat peluang yang memberikan keberanian kepada mereka yang terkena PHK melalui jalur UMKM.

Jenis UMKM yang cocok tentu saja ada beberapa:

Pertama, beternak ikan lele. 

Beberapa waktu lalu saya mendengar cerita teman yang coba bergulat dengan usaha ternak ikan lele. Usaha ternak ikan lele itu sebenarnya tidak sulit. 

Hal karena kita membutuhkan kolam dengan kedalaman tertentu 100 cm dan beberapa fasilitas seperti terpal yang ditaruh pada lapisan bawah dari kolam itu supaya memudahkan pada waktu panen.

Selanjutnya pengeluaran terkait pakannya. Dan tidak lama kemudian ya, sekitar 3 sampai 4 bulan sudah bisa panen untuk dijual. Pengalaman teman saya itu sungguh menginspirasi, cuma sayangnya belum ada orang lain mau mencobanya. 

Padahal teman saya itu setiap tiga bulan panennya puluhan juta. Puluhan juta lalu hidup di Flores yang mana orang tidak perlu membeli sayur. Duh betapa hematnya.

Mengapa usaha lele itu baik untuk para PHK? 

Jangan lupa ya, banyak orang suka makan ikan lele bakar dan lalapan, panen lele bisa dalam waktu 3 bulan, ya waktu yang relatif cepat, benih lele juga mudah sekali didapat, bahkan proses perawatannya gampang banget.

Kedua, usaha kebun sayur. 

Menanam sayur dengan jenis seperti sawi bunga, pare dan sayur kangkung saja sebenarnya sudah luar biasa bisa menghasilkan uang. 

Dua jenis sayur itu paling mudah dan paling cepat, dalam waktu dua minggu sudah bisa jual selama seminggu. Coba bayangkan kerjanya dua minggu bisa jual selama seminggu. Ya, tentu saja kalau lahannya cukup besar.

Model kebun tomat | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo
Model kebun tomat | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

Artinya seminggu bisa panen uang. Cicilan di Bank kan bayarnya bulanan, tentu saja bisa dibayar, kalau setiap bulan penjualan selama dua minggu.

kebun sayur pare | Dokumen pribadi oleh Ino.
kebun sayur pare | Dokumen pribadi oleh Ino.

Saya sendiri punya pengalaman waktu Sekolah Menengah Pertama ketika lagi susah uang pada masa paska gempar 1992. Pilihan satu-satu selain berharap pada orangtua adalah menanam sayur sawi bunga di tengah kali. 

Pada saat itu kali menjadi begitu lebar dan ada bagian gundukan yang tidak terkena air. Daerah itu bisa dikerjakan apa saja tanpa ada yang melarangnya.

Nah, pada saat itulah saya memikul tanah dan kotoran kambing sebagai pupuknya. Gak nyangka lho, setiap dua minggu bisa panen dan jual.

Lumayan banget buat jajan dan bayar uang sekolah pada masa krisis gempa saat itu. Saya yakin pengalaman kecil ini bisa menjadi inspirasi untuk dicoba ketika di tengah kebuntuan PHK. 

Mau gak? Atau jangan-jangan gengsi, karena baru datang dari kota hehe, kalau gengsi ya gimana mau berkembang dan mandiri. 

Jangan takut banyak sekali sumber-sumber tentang bagaimana mengolah ternak lele dan sayur, bisa didapatkan di internet. Mungkin orang akan mengeluh lagi, ya gimana kita mau buka usaha kalau tidak punya modal.

3. Modal awal UMKM di kampung

Pemerintah saat ini sudah sangat memperhatikan para pengusaha kecil yang membutuhkan bantuan modal. Solusinya itu semakin nyata dengan tawaran kredit pinjaman pemerintah (KUR) dengan bunga pinjaman 0,5 % per bulan dari Bank BRI pada tahun 2023.

Dengan bunga 0,5 % per bulan (bdk. Tribun Jateng.com, 13/02/2023) dan usaha lele yang relatif cepat menghasilkan uang, maka saya yakin pengembalian bulanan akan juga lancar. 

Coba perhatikan tabel angsuran KUR BRI 2023 dengan jumlah pinjaman dari 1-10 juta berikut ini:

Tabel data diambil dari Trubun Jateng.com, 13/02/2023.
Tabel data diambil dari Trubun Jateng.com, 13/02/2023.

Jika orang masih ragu-ragu, ya lakukan peminjaman dengan jumlah yang kecil saja dulu, lalu jika usaha lele semakin berkembang, maka bisa berkembang dengan modal sendiri.

Tetapi jika orang ingin bahwa usahanya cepat menjadi besar, ya harus berani melakukan pinjaman besar. Semuanya boleh-boleh saja, asalkan orang harus benar-benar bisa memperhitungkan dengan baik.

Tamparan PHK di kota bisa saja akan menjadi kenangan dan loncatan perubahan di kampung. Perhitungan belanja, analisis pasar, sistem penjualan, keberlanjutan dan pengembangan usaha, jaringan kerja sama mesti masuk dalam perhitungan. 

Ya, manajemen usaha kecil yang perlu lebih modern, kreatif dan inovatif.

4. Kembali ke alam dan mencintai budaya

Beberapa kali ketika liburan saya bersama dengan saudara-saudara di kampung sering sepanjang hari di kebun, di mana ada mata air, ada kolam ikan ada kebun sayur, ada udang-udang di kali.

Suasana seperti itu bagi saya adalah suasana yang tak tergantikan. Mungkin karena sudah sehari-hari di Jerman, saya benar merindukan suasana alam seperti itu, yang betul natur, seperti bakar ikan, makan lawar sayur paku, makan buah kenari, sambil dengar musik dan cerita-cerita seru lainnya di kebun tempat usaha kebun sayur dan ikan.

Saya membayangkan suasana seperti itu benar-benar sehat bagi orang yang terkena PHK. Kalau kita punya satu pondok dekat kolam lele kan enak juga tu, sore-sore mampir melihat ikan, lalu menyiram sayur dan memberi makan ternak lainnya.

Suasana seperti itu ditambah kalau kita bisa punya banyak teman, kita bisa mengundang teman-teman kita makan di pondok. Ada hidangan lele bakar, sayur lawar dan musik-musik populer lainnya. Rasa sedap untuk melupakan lelah dan susah saat PHK.

Lama-kelamaan orang jadi tahu, "oh di sana ada kolam lele dan dia menjual ikan lele, wow lele bakar itu enak banget lho." Nah, strategi awal kurang lebih seperti itu.

Siapa sih yang tidak suka suasana sejuk dan damai di hutan dengan air dan alam yang indah? Perlahan-lahan mungkin punya ide untuk menanam pepaya, mangga, dll.

Tanah yang kaya, tanah di kampung kita, tanah yang masih luas dan terbuka, kenapa takut? Budaya kehidupan yang dekat dengan alam akan dirajut kembali di sana. Budaya perjumpaan dan kedekatan dengan sesama yang susah pasti ada di sana.

Orang kreatif selalu bisa menemukan tempat dan momen yang damai di tengah kebuntuan hidupnya di kota-kota.

Jangan putus asa jika terkena PHK, tapi bangkit dengan gairah kerja dan semangat baru untuk kembali ke kampung dan mencoba usaha kecil dengan pola hidup seperti di kota.

Kemandirian ekonomi dan keuangan tidak bisa dicapai tanpa ada usaha-usaha kreatif dengan analisis yang tepat sesuai konteks di mana kita hidup.

Salam berbagi, ino, 18.02.2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun