Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

100 Tahun NU, Benteng NKRI dan Toleransi-Anti Radikalisme

7 Februari 2023   04:14 Diperbarui: 7 Februari 2023   23:50 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
100 tahun NU, benteng NKRI dan Toleransi -Anti Radikalisme | Dokumen diambil dari: nubanyumas.com

Tapi uniknya bahwa NU tidak pernah mengklaim bahwa Indonesia itu adalah NU. NU tetap hadir dengan tenang dan berwibawa sebagai sesepuh bangsa yang selalu lebih usianya dari hitungan tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

NU itu sesepuh bangsa yang merangkul semua

Rakyat Indonesia tahu pada posisi manakah NU berdiri di tengah gejolak politik tanah air yang seringkali membara dan meruncing munculnya perpecahan.

Ideologi-ideologi baru yang mengatasnamakan agama muncul dengan pengaruh-pengaruh yang tidak kalah menarik melalui propaganda tafsiran dan ceramah yang berusaha menyingkirkan keberagaman yang ada di negeri ini, tapi ujung-ujungnya mental ditepis pemikir-pemikir NU yang jenius dan berakar kuat pada tradisi keislaman dan peradaban bangsa ini.

Tidak kalah segarnya dalam ingatan bahwa pada era tertentu aksi main hakim sendiri dari ormas-ormas tertentu membatasi dan melarang simbol-simbol religius tertentu, juga akhirnya ditepis hingga membeku berkat dukungan barisan pemuda NU.

Dalam situasi tertentu yang cukup rumit dan gawat di negeri ini, NU hadir dalam satu barisan  yang gagah perkasa bersama pihak keamanan negeri ini.

NU bahkan berani menyerukan yel-yel untuk NKRI harga mati. Hal-hal seperti itu mungkin saja dianggap biasa oleh NU sendiri, tetapi bagi kaum minoritas di negeri ini tentu saja menjadi satu kekuatan yang mengharukan.

NU hadir sebagai sesepuh yang kuat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini. Sesepuh yang bijak meluruskan dalil-dalil sesat yang memecah belah gairah toleransi bangsa ini.

NU, benteng NKRI dan toleransi - anti radikalisme

Sebagai sesepuh bangsa tentu saja NU punya petuah. Petuah yang berakar dari sejarah untuk bangsa ini. Jika pada 22 Oktober 1945 NU punya fatwa bahwa setiap orang dewasa yang berada dalam radius 90 km dari medan pertempuran melawan penjajah wajib berperang, maka sebenarnya potensi fatwa NU punya kekuatan yang besar untuk mengubah bangsa ini.

Saya membayangkan bahwa jika gelombang radikalisme yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa ini, sampai pada titik tertentu sulit diatasi negara, maka sudah pasti fatwa keramat NU bisa menjadi andalan satu-satunya.

Fatwa NU itu adalah petuah dari sesepuh bangsa yang menjadikan bangsa ini merdeka dan tetap bersatu dalam bingkai NKRI. Kepedulian, pengabdian dan pengorbanan tokoh-tokoh NU sudah tidak bisa diragukan lagi sejak awal mula berdirinya di negeri ini.

Kurang apalagi, NU punya 9 pahlawan nasional: KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin, KH Zainal Musthafa, KH Idham Chalid, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH As'ad Syamsul Arifin, KH Syam'un, KH Masykur. (okezone, 31/08/2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun