Tanpa kata-kata peneguhannya, tapi saya menangkap pesan, "mengapa saya yang sehat ini menjadi murung dan bersedih, karena dia yang sakit saja masih bisa menunjukkan keceriaan."
Sering terjadi dalam hidup ini bahwa kita menjadi sadar dan mengerti betapa konyol situasi kita, setelah kita melihat keadaan orang lain. Bahkan kadang kita melihat betapa konyol diri kita, padahal tidak sekonyol apa yang dialami orang lain.
Keseimbangan cara pandang dan rasa syukur
Pengalaman demi pengalaman berbicara dengan orang-orang sakit, saya seperti dibawa kepada kesadaran baru bahwa betapa pentingnya keseimbangan cara pandang dan rasa syukur itu.
Tanpa ada keseimbangan cara pandang, kita mungkin gampang jadi orang yang selalu menuduh Tuhan sebagai yang tidak adil. Jika tanpa ada keseimbangan cara pandang, maka kita gampang menjadikan orang lain kambing hitam.
Tanpa ada keseimbangan cara pandang, maka kita akan mengecilkan diri sendiri dan hanya bisa mengutuk diri sendiri. Tanpa ada cara pandang yang seimbang, maka kita mudah menghakimi alam di sekitar kita.
Dalam hal ini, sangat penting keseimbangan cara pandang terkait 4 hal ini: Terhadap Tuhan, sesama manusia, diri sendiri dan alam. Nah, untuk menjaga keseimbangan 4 hal itu, tentu saja tidak mudah.
Kita mungkin perlu latihan memperoleh cara pandang yang seimbang itu dalam keseharian hidup kita. Â Katakan saja, seburuk-buruknya situasi saya saat ini, tentu saja masih ada orang lain yang situasinya lebih buruk dari saya.
Sebenarnya dalam situasi saya yang "buruk" ini, tentu saja saya masih punya potensi untuk menolong orang lain yang saya tahu situasinya jauh lebih  buruk dari saya.
Saya membayangkan jika banyak orang memiliki cara pandang seperti itu, bisa saja akan ada banyak orang mengucapkan rasa syukur mereka setiap hari.
Rasa syukur bukan karena nyatanya bahwa situasinya jauh lebih baik dari orang lain, tetapi bahwa dalam situasi keterpurukannya, dia masih bisa melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain.
Hidup ini akan jadi indah, jika orang yang berpikir positif tidak hanya bertemu dengan orang yang berpikir positif, tetapi sebaliknya bertemu dengan orang yang sedang tidak seimbang, lalu kembali dibawa kepada ketenangan dan keseimbangan cara berpikirnya.
Oleh karena itu, bertemu orang lain, bertemu orang sakit atau mereka yang sedang di titik terendah sebenarnya tidak boleh menjadi momen yang menakutkan, tetapi merupakan momen indah yang bisa saling mengubah, sekurang-kurangnya mengubah cara pandang.
Hidup manusia lebih dikendalikan oleh cara berpikir manusia sendiri