Kemungkinan ini akan terjadi, tokoh-tokoh yang pernah dikeluarkan Jokowi dari Kabinetnya karena macam-macam alasan berupa ketidaberesan kinerja dan lain sebagainya akan berada di barisan yang sama yakni menjadi peniup isu-isu di negeri ini.
4. Isu apapun terkait nama Jokowi adalah isu krypto komersial  subscribe dan like
Krisis Covid-19 nyaris berlalu, tetapi sebagian orang yang pernah terdepak karenanya tidak bisa bangun cepat-cepat dan langsung berlari.
Terseok-seok ekonominya itu paling tepat untuk melukiskan gambaran situasi dan perasaan sebagian orang saat ini. Nah, tidak bisa dipungkiri bahwa Youtuber Indonesia saat ini entah yang pernah terdepak oleh krisis, maupun yang sudah lumpuh karena isu resesi berjuang banget dengan memburu subscribe dan like setiap hari.
Psikologi sosial kita tentu saja orang tahu itu, orang tidak akan nonton kalau beritanya biasa-biasa saja. Nah, isu apa yang bisa memancing emosi masyarakat Indonesia saat ini?
Logikanya seperti ini, semakin tinggi ketokohannya seseorang, maka isu-isu terkait namanya akan menjadi santapan pasar bisnis subscribe dan like di sosial media.
Siapa lagi di Indonesia yang tidak suka membaca dan menonton kalau bukan tentang orang nomor 1 di Indonesia itu. Kalau dunia saja meliriknya, apalagi di tanah air kita sendiri.
Bukan cuma konteks ketokohan seorang Jokowi, tetapi juga konteks menjelang Pilpres 2024, tentu saja punya andil yang tidak bisa disembunyikan.
Pasalnya bahwa suara Jokowi akan sangat menentukan siapa yang akan menjadi orang nomor satu setelahnya nanti. Cara untuk menurunkan reputasi nama orang tersohor itu, tidak lain dengan meniup isu-isu yang menyeret nama itu.
Sayangnya, ada hal yang orang lupa yakni lupa merefleksikannya bahwa bagi seorang Jokowi, semakin di jelekin, Jokowi semakin naik reputasinya dan semakin dicintai rakyatnya.
Bagi yang tahu sebenarnya cara terbaik melawan Jokowi adalah dengan mengikuti arah politiknya, dan berilah kritik secara baik dan santun.
Karena semakin dikritik dengan tidak sopan, maka Jokowi akan semakin disegani dan dihormati publik kebanyakan. Tentu saja logika dan cara berpikir seperti ini bukan cuma untuk Jokowi tetapi juga untuk siapa saja di negeri ini.
Salam berbagi, ino, 26.01.2023.