Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

5 Konsep Rumah Adat, Alternatif Rumah Tahan Panas dan Tantangan Arsitek Indonesia

23 Januari 2023   12:31 Diperbarui: 26 Januari 2023   17:52 2585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah adat Desa Adat Wologai, Ende, NTT. Foto: Kompas.com/Muhammad Irzal Adiakurnia

5. Konsep filosofi rumah adat

Tampak bahwa 4 konsep rumah adat itu selalu menjadi daya tarik sendiri, mengapa rumah adat itu tampak sejuk dan setiap orang yang berkunjung selalu senang berada di dalam rumah adat.

Saya pernah membawa tamu ke sana, setengah jam duduk di tangga rumah adat, seorang tamu langsung pejamkan mata, dan berkata jujur ingin tidur. Ya, yang terasa cuma kesejukannya.

Konsep yang satu ini tidak tampak, mungkin tidak akan diketahui oleh pengujung kalau tidak pernah dijelaskan oleh penduduk setempat. Jadi penasaran kan?

Nah, kesejukan dalam filosofi adat suku Paumere itu bukan karena semata-mata karena rumah panggung, punya dinding setengah terbuka, tetapi lebih dari itu kesejukan oleh karena perpaduan filosofi cara berpikir dan alam.

Perpaduan itu dinyatakan dalam menggunakan satu jenis kayu yang dinamakan kayu "Keta" atau sebutan bahasa Ende, "kaju Keta" Keta adalah kata bahasa Ende yang berarti dingin, sejuk. 

Rumah di wilayah Ende pedalaman semua pasti menggunakan jenis kayu itu sebagai tiang utamanya. Mengapa begitu? Hal ini karena yang paling dirindukan oleh manusia dari sebuah rumah adalah kesejukan atau "tidak panas".

Konsep itu bukan cuma dimengerti secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan psikologis. Apa artinya sebuah rumah tampak megah berkaca, silau tapi panas luar biasa, sampai-sampai membuat penghuninya lebih senang bepergian, daripada berada di dalam rumah.

Nah, semua ini tentu saja menjadi tantangan bagi arsitek Indonesia, anak bangsa ini: Mampukah ada perpaduan konsep rumah adat dengan konsep modern dengan visi kesejukan atau tahan panas dan anti gempa?

Tulisan ini sekaligus memberikan perspektif kepada para peneliti dan para arsitek yang sedang mencari konsep rumah tahan panas. Cobalah jangan hanya tampilan megahnya yang diutamakan, tetapi juga tampilan yang lebih natur dan terhubung dengan budaya dan adat istiadat yang hidup di rahim negeri ini. 

Kemampuan mengakomodasi peradaban yang berbeda itu pasti menghasilkan tegangan yang menarik dan unik, ya sebuah arsitektur inovatif yang tahan panas, ramah lingkungan dan tahan gempa, siapa sangka perpaduan konsep itu akan menjadi rumah idaman masa depan orang-orang di belahan benua lainnya.

Salam berbagi, ino, 23.01.2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun