Tahun 2020 bansos akrab menyapa beras, beras bansos buat rakyat. Bansos kumpul beras di gudang-gudang sampai bergudang.
Gudang dikunci sampai lupa kapan mesti dibuka. Saking tidak peduli karena punya atensi tersembunyi, meski rakyat mungkin sudah menjerit.
Bansos menjadi balada ironi kepedulian saat ini. Beras bansos membusuk, tak berdaya dimakan orang-orang lapar yang mestinya punya hak untuk mendapatkannya.
Teganya pemegang kunci kuasa membungkam suara sumbangan sosial, hingga beras mendekap dalam penjara gudang beras busuk.
Busuk beras, busuk pula kinerja, mungkin busuk juga sebuah nama.
Mengapa orang tega mengeluarkan bantuan sosial untuk kebanyakan rakyat? Mungkin hati sudah membusuk sampai tega melepaskan beras-beras itu membusuk.
Beras busuk tanpa tujuan, hanya menambah riuh tentang saling tuduh. Apa artinya bansos kalau akhirnya beras bansos itu jadi busuk?
Beras busuk itu hinaan pada petani yang begitu sering berlumuran lumpur. Lumpur busuk pun dicium di kebun.
Tidak mengeluh, karena tahu dari lumpur busuk itu akan berubah jadi untung. Untung kalau tidak busuk beras-beras itu.
Tapi kini, beras-beras itu sudah jadi busuk.
Teganya kau, melupakan rakyatmu yang lapar dan menunggu biji-biji beras itu. Kau begitu tega, sampai membiarkan beras-beras itu membusuk tanpa untung.
Benar-benar busuk cara dan tata kebijakanmu.
Kapan hatimu peduli dan malu kalau kerjamu hanya menjadikan beras itu busuk?
Kapan busuk berubah jadi harum?
Salam berbagi, ino, 17.01.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H