China bukan saja punya pendekatan, keterbukaan dan strategi bisnis yang luar biasa berani, tetapi juga China punya cara berpikir "jaringan Indra" bisa menjadikan mereka melesat maju ke seluruh pelosok dunia | Ino Sigaze.
Perjalanan demi perjalanan di daratan Eropa telah membentuk satu gambaran dan kesimpulan bahwa China telah menguasai Eropa khususnya dalam bisnis kuliner.
Mungkin pernyataan dan kesimpulan ini mengejutkan kita. Akan tetapi, itu adalah kenyataannya. Siapa saja yang melakukan perjalanan ke Eropa, sebenarnya jangan pernah gelisah, nanti mau makan dimana. Karena rumah makan China pasti ada di setiap kota.
Restaurant China itu lebih cocok diungkapkan seperti ini: Das Chinese Restaurant gibt es in jeden Ecke, rumah makan China itu ada di setiap sudut.
Tulisan ini lebih merupakan catatan terkait kekaguman terhadap pergerakan China menguasai bisnis kuliner di tingkat dunia pada satu sisinya dan juga motivasi untuk Indonesia supaya juga perlahan-lahan merebut pasar dunia melalui kekhasan kulinernya.
Ada 4 rahasia dan filosofi cara berpikir yang memungkinkan China menanamkan pengaruh mereka di seluruh dunia, hingga menjadi penguasa dalam kancah bisnis kuliner:
1. China berani membuka diri mereka pada hubungan yang terbuka dengan semua orang
Konsep keterbukaan itulah yang memungkinkan China bisa menjelajah planet bumi ini dengan mudah. Di mana saja kita pergi, orang pasti menjumpai orang China.
Dalam konteks Eropa misalnya, China punya hubungan bilateral dengan semua. Tidak ada negara yang bisa dikategorikan bagi China alergi atau semacam musuh besar yang tidak mungkin bisa bersanding dalam aneka hubungan kerjasama.
Coba perhatikan di mana China punya hubungan kerjasama bilateral, di situ pasti ada banyak sekali studen dan orang China yang tinggal dan berbisnis di sana.
Bisnis pilihan mereka tidak lain satu-satunya bisnis kuliner. Saya masih ingat tahun 2019 dalam suatu ziarah di Yerusalem. Tidak pernah membayangkan bahwa di Israel punya rumah makan China.
Ternyata rumah makan China di Israel sangat besar dan berlantai dua. Ya lebih besar dari China Restaurant di beberapa kota di Spanyol. Tentu saja bukan soal besarnya, tetapi soal bahwa rumah makan China itu ada di sana, sudah berarti ada perizinan resmi.
Dari perizinan itu, terlihat bahwa mereka punya kerjasama, mereka punya modal dan konsep yang bisa diandalkan.
2. China cerdas membaca peluang dan berani mencoba bisnis kuliner di jantung pariwisata dunia
Peluang dan kemampuan membaca peluang itu rupanya tidak sekedar teori hasil fantasi di rumah atau di negara mereka saja, tetapi lebih-lebih karena melalui suatu penelitian lapangan.
Saya pernah melihat beberapa kali di Frankfurt misalnya, beberapa orang muda China yang sehari-hari berdiri di jalan dan menghitung berapa penumpang yang turun di setiap stasiun kereta.
Setiap ada penumpang turun, mereka berusaha menghitungnya. Bisa saja mereka mengamati juga berapa orang asing dan berapa banyak penduduk asli.
Prediksi saya tentu saja mengarah kepada itu suatu bentuk penelitian lapangan (Forschung) yang tentu saja berkaitan dengan bidang transportasi dan pariwisata.
Di antara tema pariwisata dan transportasi itu tentu saja tema tentang kuliner menempati posisi sentral. Karena siapa sih yang tidak pernah lapar kalau melakukan perjalanan.
Poinnya tidak hanya soal kebutuhan makan, tetapi rupanya mereka punya data, orang-orang dari negara mana saja yang suka melakukan perjalanan.Â
Mereka rupanya sudah tahu, negara-negara yang doyan makan makanan khas China. Siapa sih yang tidak suka kalau di rumah makan China itu ada makanan yang segar-segar.
Aksi-aksi seperti itu rupanya dilakukan hampir di semua negara. Orang China bukan saja sekedar ziarah, atau menejelajahi objek wisata di kota-kota di seluruh dunia, tetapi meneliti kebutuhan manusia di setiap negara.
Di situlah rupanya hal yang menjadi motivasi mengapa mereka perlu ada di setiap sudut kota di seluruh dunia. Dunia semakin terbuka kepada siapa saja dan orang bisa pergi ke mana saja.Â
Selera makan China tentu saja tidak bisa duanya. Kalau menurut saya sih, kuliner China itu merupakan kuliner perpaduan cita rasa Eropa dan Asia.
3. China cerdas dalam kalkulasi harga kuliner, all you can eat
Cara dan gaya penawaran harga makanan sesuai dengan waktu itu mungkin saja paling pertama menjadi ciri khas Restaurant China di mana saja.Â
Harga pada waktu siang hari menjadi lebih murah, daripada harga pada malam hari. Pada prinsipnya sama yakni all you can eat. Sebagai contoh salah satu Restauran China di kota Frankfurt, kisaran harga seperti ini:Â
Untuk Buffet siang per orang seharga 11,90 euro berlaku untuk hari Senin sampai Jumat jam 11.30-14.30; sedangkan pada hari Sabtu jam 11.30-17.00 harga per orang menjadi 13,90 euro.
Sedangkan pada hari-hari Minggu dan hari raya lainnya akan dibuka mulai jam 11.30 sampai 17.00 dengan harga yang jauh lebih mahal yakni 21.90 euro.
Dari kisaran harga ini, jelas ada konsep berpikirnya yakni semakin banyak orang punya kesempatan untuk menikmati kuliner China, maka harganya harus menjadi lebih mahal.
Dalam satu wawancara dengan pelayanan Restaurant China di Frankfurt bulan lalu, tampak bahwa strategi pemasaran kuliner China tidak menjadikan mereka rugi, meski tampaknya rugi.
Apakah dengan berkali-kali makan apa saja yang disiapkan di Restaurant China masih bisa mendatangkan keuntungan? Jawabannya sangat jelas bahwa mereka tetap memperoleh keuntungan yang besar.
Keuntungan mereka bisa didapat dari jenis minuman yang dijual dengan harga yang sangat mahal. Bir yang semestinya cuma 2, 50 euro misalnya menjadi 8,50 euro. Begitu juga dengan harga minuman lainnya menjadi lebih mahal biasanya.
Kecerdasan pemilik Restoran justru terlihat dalam strategi kalkulasi harga. Tentu saja mereka tahu bahwa budaya orang Jerman itu sendiri sangat menguntungkan mereka.
Orang Jerman setelah makan siang dan makan malam dalam acara-acara seperti ulang tahun, selalu ada sesi minuman kopi dan makan kue.
Nah, tampaknya harga kopi dan kue itu sangat mahal. Jadi, sangat jelas bahwa pihak Restaurant China telah memperhitungkan itu semua, sehingga keuntungan tetap merupakan tujuan yang dicapai setiap hari.
Jika tidak untung, mengapa rumah makan itu tetap ada di sana? Itulah bentuk kekaguman yang bisa dilihat dari perkembangan China food di Eropa umumnya dan di Frankfurt khususnya.
Jadi, kalau saja diminta memberikan rekomendasi, maka rumah makan China "Der goldene Wok" Frankfurt itu bisa dikunjungi, jika saja Anda berada di kota Frankfurt.
4. Filosopi cara berpikir orang China yang membentuk cara hidup mereka
Mengagumi perkembangan bisnis kuliner China yang telah menyebar di seluruh dunia, itu rupanya tidak cukup hanya pada tiga poin di atas, hal ini karena soal keterbukaan, keberanian dan kalkulasi itu bisa saja merupakan strategi yang muncul dari akar filosofi cara berpikir mereka.
Dalam kaitan dengan filosofi cara berpikir itulah, saya menjadi begitu penasaran, kira-kira filosofi berpikir apa saja yang dimiliki orang China sehingga mereka jadi mampu seperti itu?
Tentu saja China punya banyak sekali filsuf yang terkenal dan layak dipelajari untuk mengenal konsep berpikir yang dimiliki orang China sendiri.
Dari sekian banyak konsep berpikir itu, bagi saya ada satu yang sangat menarik yakni tentang "Jaringan Indra (Indras Net)".Â
Prinsip dari konsep jaringan Indra itu seperti ini, "In each of the jewels, the images of all the other jewels are reflected...the images multiply infinitely, and all these multiple images are bright and clear within a single jewel - Di setiap permata, gambar semua permata lainnya tercermin ... Gambar berkembang biak tanpa batas, dan semua gambar ganda ini cerah dan jelas dalam satu permata." (Fazang (Fa-tsang, 643—712 C.E).
Refleksi dari konsep itu tentu saja adalah gagasan tentang penggabungan yang menjadi satu momen dimana terbentuknya saling ada hubungan (in Verbindung) dan saling memberikan pengaruh. Ya, konsep ini pasti menggambarkan keterkaitan yang harmonis dari segala sesuatu.Â
Gagasan itu tidak ditempatkan sebagai catatan sejarah yang layak dibungkus dan dianggap sebagai buku tua, tetapi rupanya telah berubah maknanya hingga sampai pada bentuk pengejawantahan (verkörpelich), telah menjadi nyata di dalam bisnis kuliner mereka.
Bagi yang tidak percaya, silahkan mampir ke rumah makan China yang punya konsep all you can eat, di sana pasti ada jenis-jenis makanan dari budaya orang.
Di Frankfurt misalnya, terlihat jelas sekali, ada jenis makanan untuk orang Eropa, ada jenis makanan seperti India, Asia, Korea. Semua itu ada di dalam satu ruangan, tetapi berjejer dengan status yang sama sebagai tawaran kepada setiap pengunjung, siapa saja yang menyukainya silahkan mencoba.
Kenyataan dengan banyak pilihan yang beragam dari kekayaan budaya kuliner orang rupanya telah menghasilkan daya tarik sendiri, yang belum banyak dipahami orang lain.
Salam berbagi, ino, 17.01.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H