Gerimis pagi datang seakan tidak terduga, cuma karena terlambat melihat ramalan  cuaca. Ada gemericik dengan riuh kecil pada dedaunan di taman biara.
Oh ternyata hujan datang lagi menyongsong hari ini. Kemarin ada bisikan tentang datangnya salju dalam minggu ini, yang tak pasti itu cuma ramalan serupa kata orang.
Suhu lima derajat kembali menyengat kulit, dingin disertai angin sepoi-poi.Â
Dari jendela tampak pejalan kaki berlari terbirit-birit menghimpit pada dinding di sebelah kiri.
Tak sedia payung sebelum hujan itu konsekuensi. Pada lantai kering terlihat bekas kaki pejalan kaki.Â
Berteduh pada atap kecil di depan garasi.
Bekas kaki menuai prediksi. Ada orang pernah berteduh di sini. Menunggu hujan berhenti mungkin saja pilihan terkini.Â
Baru saja terlihat bekas kaki, basah dan jelas namun tak sanggup katakan ia perempuan atau laki-laki.
Bekas kaki hanya memberi identitas tentang manusia tanpa alas kaki. Bekas kaki itu lukisan unik di pantai-pantai, saat kaki bertemu setumpuk pasir.
Bekas kaki orang yang dikagumi akan dicari. Di sana ada cerita tentang mengapa ada pijakan kaki.Â
Ada alasan, mengapa tak ingin bekas kakinya hilang dihapus gelombang dan air.
Abadikan bekas kaki, suatu saat nanti akan ada tulisan tentang bekas kaki di masa lalu, yang terlupakan dari yang paling dicari suatu saat nanti.
Salam berbagi, ino, 15.01.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H