Mengapa 5 logika itu penting, karena jika tanpa 5 kemampuan itu, maka caleg itu hanya memikirkan kepentingan pengembalian uangnya saja.
Tidak perlu lagi, bahwa para caleg akan mengikuti studi banding ke mana-mana, tetapi lebih fokus bicara tentang aspirasi masyarakat yang dibawanya dan membuat pertimbangan-pertimbangan yang penting dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat.
Caleg yang lolos dalam proses seleksi caleg itu sudah pasti punya 5 kemampuan itu dan tentu saja bisa diharapkan untuk menjadi anggota dewan yang baik dan bijaksana.
Lebih baik seorang caleg diketahui punya 5 kemampuan di atas, daripada orang tidak tahu apa-apa, hanya gesa dan wasi di jalan dan di mana-mana, lalu menjadi anggota dewan.
Siapa yang menebar uang di langkah awal karirnya, maka dia akan mengumpulkan uang di puncak karirnya. Kalau demikian, apa yang bisa dia lakukan untuk rakyat?
Tujuan dari proses seleksi
Tujuan dari proses seleksi itu tidak lain agar jumlah pemilih dan jumlah calon itu menjadi efektif, sehingga berdampak pada keterwakilan dari setiap kantung suara.Â
Tanpa ada perhitungan seperti itu, maka yang ada cuma jumlah suara yang menggiurkan, tapi sia-sia dan jumlah caleg yang banyak hanya sebatas caleg dengan pajangan foto mereka di pinggir jalan, tanpa benar menjadi anggota dewan legislatif.
Apa artinya menjadi caleg tapi tidak menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meski dari kantong suara ribuan jumlahnya? Kenyataan itu sudah menunjukkan seberapa besar kualitas hidup sosial di masyarakat.
Masyarakat yang rawan pecah dan dangkal ilmumu bisa saja terlihat dari kenyataan itu. Basis suara begitu banyak, tapi tidak ada satu caleg pun yang menjadi pemenangnya.
Politik akhirnya tidak pernah mengenal jalan lurus.
Salam berbagi, ino, 11.01.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H