Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Mengenal Pendekatan Caleg "Gesa - Wasi" dan Solusi Seleksi Caleg Sebelum Pileg

11 Januari 2023   15:19 Diperbarui: 12 Januari 2023   14:01 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mural jelang Pemilu Serentak. (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM))

Mengapa 5 logika itu penting, karena jika tanpa 5 kemampuan itu, maka caleg itu hanya memikirkan kepentingan pengembalian uangnya saja.

Tidak perlu lagi, bahwa para caleg akan mengikuti studi banding ke mana-mana, tetapi lebih fokus bicara tentang aspirasi masyarakat yang dibawanya dan membuat pertimbangan-pertimbangan yang penting dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat.

Caleg yang lolos dalam proses seleksi caleg itu sudah pasti punya 5 kemampuan itu dan tentu saja bisa diharapkan untuk menjadi anggota dewan yang baik dan bijaksana.

Lebih baik seorang caleg diketahui punya 5 kemampuan di atas, daripada orang tidak tahu apa-apa, hanya gesa dan wasi di jalan dan di mana-mana, lalu menjadi anggota dewan.

Siapa yang menebar uang di langkah awal karirnya, maka dia akan mengumpulkan uang di puncak karirnya. Kalau demikian, apa yang bisa dia lakukan untuk rakyat?

Tujuan dari proses seleksi

Tujuan dari proses seleksi itu tidak lain agar jumlah pemilih dan jumlah calon itu menjadi efektif, sehingga berdampak pada keterwakilan dari setiap kantung suara. 

Tanpa ada perhitungan seperti itu, maka yang ada cuma jumlah suara yang menggiurkan, tapi sia-sia dan jumlah caleg yang banyak hanya sebatas caleg dengan pajangan foto mereka di pinggir jalan, tanpa benar menjadi anggota dewan legislatif.

Apa artinya menjadi caleg tapi tidak menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meski dari kantong suara ribuan jumlahnya? Kenyataan itu sudah menunjukkan seberapa besar kualitas hidup sosial di masyarakat.

Masyarakat yang rawan pecah dan dangkal ilmumu bisa saja terlihat dari kenyataan itu. Basis suara begitu banyak, tapi tidak ada satu caleg pun yang menjadi pemenangnya.

Politik akhirnya tidak pernah mengenal jalan lurus.

Salam berbagi, ino, 11.01.2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun