2. Onde-onde
Nama kedua ini lebih dikenal karena kekecewaan masyarakat di sana atas keributan yang dihasilkan dari permainan ini. Onde-onde itu sebenarnya sebutan untuk latto-latto karena bentuk dan warnanya.
Cuma bedanya bahwa kalau onde-onde tidak akan berbunyi dan menghasilkan keributan. Sebutan onde-onde itu biasanya muncul ketika orang bertanya dengan sebel, "ah suara apa itu, kok ribut banget ya?"
Jawaban orang Flores biasanya, "ah ya, itu permainan onde-onde." Kata onde-onde itu dalam konteks Flores punya asosiasi ganda yang sedikit mengungkapkan kekecewaan mereka dengan kata sinisan, karena tidak suka dengan suara yang ribut.
Meskipun nama berbeda, tetapi pada intinya permainan latto-latto itu khas sekali. Latto-latto tidak mungkin dikenal, tanpa orang mengenal suara khasnya.Â
Suara latto-latto itu selalu berimbang, sampai orang tidak tahu lagi membedakan mana yang diketuk dan mana yang mengetuk.
Permainan latto-latto rupanya bisa menjadi jenis permainan yang punya pesan sosial. Beberapa pesan sosialnya antara lain:
Mengapa ada keributan di masyarakat?
Fenomena keributan, kisruh, polemik hangat dan lain sebagainya hampir pasti selalu terjadi di masyarakat kita. Keributan demi keributan itu selalu terjadi dengan berbagai sebabnya.
Ada yang karena pengusutan kasus tertentu tidak tuntas-tuntas. Ada yang protes karena kebebasannya dirampas dan lain sebagainya.Â
Dari sekian banyak alasan yang ada di tengah masyarakat, mengapa terjadinya keributan, latto-latto muncul memberikan satu jawaban yang tegas.
Sebab dari keributan adalah karena "saling tabrak" Ya, bisa saja latto-latto itu muncul sebagai sarana kritik sosial masyarakat kita, hei mengapa kalian saling tabrak, mengapa saling kritik, mengapa saling nyinyir? Karena semua itu pasti menghasilkan keributan.
Dalam kerangka tafsiran seperti itu, tentu latto-latto menjadi satu jenis permainan yang sangat penting. Tentu saja bukan hanya supaya mengingatkan kembali masyarakat kita untuk sadar, tetapi juga melihat realitas sosial secara lebih kritis lagi.